tirto.id - Mabes Polri menyatakan akan menginvestigasi penyebab alat pendeteksi dini tsunami di Selat Sunda milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hilang.
“Kami akan lakukan investigasi penyebab kehilangan. Apakah karena alam, bencana atau ada unsur kesengajaan yaitu pencurian,” kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta, Rabu (26/12/2018).
Dia mencontohkan pencurian bisa terjadi karena pelaku mengincar bagian dari solar sel (pembangkit listrik tenaga matahari) pada alat pendeteksi tsunami.
Menurut dia, kepolisian juga akan bekerja sama dengan bagian Monitor Center BMKG yang berperan sebagai pengontrol alat pendeteksi tsunami tersebut untuk menyelidiki kasus ini.
“Kami akan arahkan patroli laut untuk mengecek apakah alat tersebut sesuai dengan posisi yang telah ditentukan oleh BMKG,” kata Dedi.
Selain itu, kata dia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai penyedia alat deteksi tsunami dan BMKG sebagai penggunanya akan bersinergi dengan kepolisian.
“Ini untuk kepentingan dan keselamatan masyarakat,” ucap Dedi.
Dedi menambahkan selama ini BMKG dan BPPT belum pernah menginformasikan kondisi aktual dari posisi sejumlah pendeteksi dini tsunami di Selat Sunda kepada pihak kepolisian. Ia berharap 2 lembaga itu memberikan informasi tersebut ke kepolisian untuk keperluan investigasi.
Tsunami di Selat Sunda terjadi pada Sabtu malam (22/12/2018). Gelombang tsunami menerjang pesisir di Banten dan Lampung. Di 2 provinsi itu, pesisir yang terdampak parah oleh tsunami berada di lima kabupatenm yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.
BMKG dan BPPT menduga tsunami terjadi karena longsoran sebagian tubuh Gunung Anak Krakatau yang memicu pemindahan air laut dalam volume besar. Sedangkan berdasar keterangan BNPB, kasus tsunami ini menelan banyak korban di antaranya karena saat bencana terjadi pesisir di Banten dipadati wisatawan dan tidak ada peringatan dini mengenai kemunculan bencana itu.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Addi M Idhom