Menuju konten utama

Polri Usut Penyebab Alat Pendeteksi Tsunami di Selat Sunda Hilang

Kepolisian akan mengusut penyebab alat pendeteksi dini tsunami di Selat Sunda hilang. 

Polri Usut Penyebab Alat Pendeteksi Tsunami di Selat Sunda Hilang
Sejumlah warga memeriksa kerusakan di sebuah desa yang porak poranda akibat tsunami di Sumur, Indonesia, Senin, 24 Desember 2018. Tim medis juga bekerja untuk menyelamatkan para korban yang terluka sementara ratusan militer dan sukarelawan menjelajahi pantai-pantai yang penuh puing-puing untuk mencari para penyintas setelah tsunami menghantam kawasan ini tanpa peringatan sehingga menewaskan lebih dari ratusan orang pada liburan akhir pekan yang sibuk. AP / Fauzy Chaniago

tirto.id - Mabes Polri menyatakan akan menginvestigasi penyebab alat pendeteksi dini tsunami di Selat Sunda milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hilang.

“Kami akan lakukan investigasi penyebab kehilangan. Apakah karena alam, bencana atau ada unsur kesengajaan yaitu pencurian,” kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta, Rabu (26/12/2018).

Dia mencontohkan pencurian bisa terjadi karena pelaku mengincar bagian dari solar sel (pembangkit listrik tenaga matahari) pada alat pendeteksi tsunami.

Menurut dia, kepolisian juga akan bekerja sama dengan bagian Monitor Center BMKG yang berperan sebagai pengontrol alat pendeteksi tsunami tersebut untuk menyelidiki kasus ini.

“Kami akan arahkan patroli laut untuk mengecek apakah alat tersebut sesuai dengan posisi yang telah ditentukan oleh BMKG,” kata Dedi.

Selain itu, kata dia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai penyedia alat deteksi tsunami dan BMKG sebagai penggunanya akan bersinergi dengan kepolisian.

“Ini untuk kepentingan dan keselamatan masyarakat,” ucap Dedi.

Dedi menambahkan selama ini BMKG dan BPPT belum pernah menginformasikan kondisi aktual dari posisi sejumlah pendeteksi dini tsunami di Selat Sunda kepada pihak kepolisian. Ia berharap 2 lembaga itu memberikan informasi tersebut ke kepolisian untuk keperluan investigasi.

Tsunami di Selat Sunda terjadi pada Sabtu malam (22/12/2018). Gelombang tsunami menerjang pesisir di Banten dan Lampung. Di 2 provinsi itu, pesisir yang terdampak parah oleh tsunami berada di lima kabupatenm yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

BMKG dan BPPT menduga tsunami terjadi karena longsoran sebagian tubuh Gunung Anak Krakatau yang memicu pemindahan air laut dalam volume besar. Sedangkan berdasar keterangan BNPB, kasus tsunami ini menelan banyak korban di antaranya karena saat bencana terjadi pesisir di Banten dipadati wisatawan dan tidak ada peringatan dini mengenai kemunculan bencana itu.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI SELAT SUNDA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Addi M Idhom