tirto.id - Polisi menangkap seorang perempuan berdaster merah muda dan membawa tas yang berjalan di sekitar gedung Mahkamah Konstitusi (MK) karena mencurigakan. Perempuan tersebut berteriak ketika digotong ke posko pengamanan.
"Dugaan sementara, yang bersangkutan mengalami gangguan, seperti stres," ucap Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Rabu (26/6/2019).
Perempuan itu bernama Prihatini Suwandini Sari (43). Kejadian bermula ketika ia berjalan di sekitar gedung MK, sekitar pukul 10.00 WIB. Keberadaannya menyedot perhatian polisi dan petugas menghampiri perempuan itu.
Prihatini lantas menyeberang dan duduk di trotoar area Monumen Nasional. Dua polisi yang tidak berseragam menghampirinya dan mengajak berbicara. Ketika berbincang, perempuan kelahiran Tangerang, 20 Februari 1976 itu sontak histeris.
Kemudian Polwan dan anggota TNI menggotong Prihatini ke dalam posko Dit Reskrimum Polda Metro Jaya yang berada di seberang gedung MK. Prihatini menyebutkan, ia ingin bertemu dengan Presiden Jokowi dan mengaku ingin bunuh diri.
Polisi akan memfasilitasi Prihatini dan menghubungi keluarga perempuan yang tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara itu.
"Ya, tetap kami periksa. Artinya kami tidak boleh meremehkan sesuatu yang mencurigakan. Kami catat identitasnya, kami fasilitasi untuk dirawat di rumah sakit, untuk (cek) kejiwaannya,” jelas Dedi.
Peristiwa polisi mengamankan seorang wanita juga terjadi saat aksi 22 Mei. Perempuan berpakaian dan bercadar hitam membawa tas ransel yang berjalan mendekati gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jakarta Pusat, mencurigakan.
Ia berjalan dari arah Jalan Kebon Sirih, berteriak agar polisi tak lagi menembak, juga berteriak masalah surga, negara dan akhirat. Beberapa warga mencoba menenangkannya, namun perempuan itu tetap berteriak-teriak.
"Ibu yang baju hitam tolong duduk, duduk, Bu," kata polisi dengan menggunakan speaker besar dari arah perempatan Sarinah.
"Ibu tolong lepas ranselnya. Di badannya ada kabel apa itu?" sambung polisi.
Perempuan berbaju serba hitam akhirnya melempar tas ke tengah jalan sebagai tanda menyerah kepada polisi. Ia diminta membuka jilbab dan menurutinya.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno