Menuju konten utama

Polisi Tak Bisa Bubarkan Geng Motor

Kendati telah meresahkan warga, polisi tak bisa membubarkan geng motor karena mereka bukan organisasi resmi.

Polisi Tak Bisa Bubarkan Geng Motor
Ilustrasi. Anggota Polres Bogor Kota menunjukkan barang bukti senjata tajam yang digunakan anggota geng motor saat gelar perkara di Polres Bogor, Jum'at (24/6/2016) malam. Polres bogor kota berhasil mengamankan 31 orang, sembilan senjata tajam dan 50 motor dari hasil giat operasi gabungan dalam rangka antisipasi tawuran geng motor atau kegiatan sahur "on the road". Antara foto/Arif Firmansyah.

tirto.id - Geng motor kembali meresahkan ibukota. Beberapa waktu lalu, video pembacokan terhadap pengendara sepeda motor di Jakarta Selatan menjadi viral di media sosial.

Mengenai kenakalan remaja ini, Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Iwan Kurniawan mengatakan ada setidaknya 3 geng motor di Jakarta Selatan. Akan tetapi, Iwan memastikan polisi tidak bisa membubarkan geng motor karena mereka bukan organisasi formal.

"Dia kan geng itu cuman kumpulan tanpa ada (legalitas). Kan cuman kumpul aja, gak ada perizinan. Dia hanya perkumpulan saja, yang mengklaim namanya ini," kata Iwan kepada awak media di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (24/5/2017).

"Kalau dia tak melakukan pelanggaran hukum ngga apa apa mungkin. Geng motor yang kegiatannya positif juga ada. seperti itu. Bukan geng ya, namanya klub motor atau apa. Bakti sosial atau itu," tambah Iwan.

Saat ini, Polisi Jakarta Selatan berhasil menangkap pelaku pembegalan di Jakarta Selatan, Selasa (23/5/2017). Setelah penangkapan tersebut, Polres Jakarta Selatan tengah menurunkan satuan untuk mengamankan warga dari geng motor.

"Saya sudah menerjunkan anggota bahkan saya melaksanakan patroli skala besar dengan teman teman TNI, baik TNI AD, AL semua dan juga dari polisi militernya kami laksanakan. Jadi isu isu terkait yang ada di situ kami sudah antisipasi lah," ujar Iwan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono membenarkan adanya penyerangan dari geng motor lain di Jakarta Timur. Dalam penyerangan tersebut, polisi mengamankan sekitar 7 orang pelaku penyerangan aksi. Mereka menyerang warga yang berada di kerumunan.

"Intinya dari geng ini kemudian dia jalan bersama-sama menggunakan sepeda motor sambil bawa sajam [senjata tajam] kemudian ada beberapa kerumunan anak sedang ngopi atau sedang apa didatengin lalu digebukin," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (24/5).

Ketujuh tersangka dikenakan pasal pembunuhan karena berusaha membubarkan dengan mengancam nyawa orang lain. Sementara itu, untuk kasus Jakarta Selatan, polisi terus melakukan penyelidikan untuk mendalami masalah penangkapan. Sampai saat ini, motif penyerangan pun lebih kepada aktualisasi diri.

Argo juga mengaku saat ini sudah memetakan titik kerawanan di Jakarta Raya, termasuk wilayah yang jarang dijangkau patroli polisi.

"Banyak orang main sembunyi-sembunyi. Ada polisi dia sembunyi, polisi pergi dateng lagi. Masyarakat dan media diharapkan memberi tahu informasi sehingga kita arahkan kepada kegiatan ini kira-kira dilakukan jam berapa dimana. Kita bisa patroli melakukan itu," kata Argo.

Geng Motor dan Kenakalan Remaja

Pakar anak Seto Mulyadi berpendapat kenakalan remaja seperti terjadi di Jakarta Selatan timbul karena minimnya perhatian orangtua kepada anak. Seto berpendapat, anak bersikap nakal karena tidak mendapat pengakuan dalam beraktivitas.

"Mereka butuh pengakuan. Mereka butuh 'wah hebat hero. Jagoan'," ujar Seto saat berbincang dengan Tirto di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (24/5/2017).

Seto menilai, pengakuan sangat penting bagi anak. Anak akan menurut apabila orangtua bisa menghargai mereka. Pengakuan tersebut pun tidak harus melulu akademik. Ia mengingatkan, anak tidak selamanya pandai di bidang akademik. Ada beberapa anak yang pandai di bidang non-akademis seperti penari atau olahragawan.

"Banyak anak yang frustrasi karena yang dihargai akademiknya saja. Padahal mereka semua gak semua jadi Rudi Habibi, bisa jadi Rudi Hartono, Rudi Salam, Rudi Choirudin atau Rudi Hadi Suwarno," kata Seto.

Ia optimistis, anak-anak bisa tidak bertindak nakal, termasuk menjadi anggota geng motor, jika diakui di masyarakat. Menurut Seto, tidak sedikit anak tidak mendapatkan penghargaan dalam beraktivitas oleh orangtua saat ini. Padahal, pengakuan orang tua merupakan poin penting untuk mengontrol perilaku anak agar tindak bertindak negatif. Oleh karena itu, peran keluarga sangat penting dalam menjaga anak agar tidak berperilaku nakal.

"Kalau nggak susah sekali. Mereka lepas karena mencari pengakuan loh itu," kata Seto.

Baca juga artikel terkait KENAKALAN REMAJA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Agung DH