tirto.id - Kepolisian mengumumkan 20 akun media sosial (medsos), yang digunakan oleh kelompok bersenjata di Papua untuk menyebarkan agitasi dan propagandanya kepada masyarakat, telah diblokir. Akun-akun itu selama ini aktif di sejumlah platform seperti YouTube, Facebook dan Twitter.
“Ada satu akun YouTube, tiga akun Twitter dan 16 akun Facebook. Semua sedang di-profiling oleh Satgas Siber Polri,” kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta pada Selasa (18/12/2018).
Menurut Dedi, 20 akun itu sudah diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Dedi menyatakan kepolisian saat ini sedang memburu admin 20 akun medsos tersebut. “Nanti kalau sudah tertangkap [admin 20 akun medsos] kami ekspose,” ujar Dedi.
Dia menambahkan kepolisian juga masih terus mengejar semua anggota kelompok bersenjata yang terlibat penyerangan pekerja proyek transpapua dan pos TNI di Nduga, Papua.
“Kami tidak akan menyerah. Kami akan kejar terus untuk menangkap kelompok bersenjata dan memproses hukum sesuai undang-undang yang berlaku,” ucap Dedi.
Kelompok bersenjata di Papua melakukan ‘aksinya’ pada awal Desember lalu. Beredar kabar kelompok yang mendalangi pembunuhan terhadap pekerja proyek di Nduga, Papua ialah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Kabar tersebut disebarkan Sebby Sambom, yang mengklaim sebagai juru bicara komando nasional TPNPB-OPM. Sebby mengaku sudah berkoordinasi dengan Panglima Daerah Militer Makodap III TPNPB-OPM Ndugama Egianus Kogeya dan komandan operasinya yang bernama Pemne Kogeya.
TPNPB-OPM mengaku sudah lebih dari tiga bulan berpatroli dan memantau pekerja Jembatan Kali Aurak, Kali Yigi, dan Pos TNI Distrik Mbua. Menurut mereka, para pekerja itu bukan sipil, melainkan anggota TNI.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Addi M Idhom