tirto.id - Ratusan massa yang berasal dari Front Pembela Islam (FPI) serta alumni Aksi 212 berunjuk rasa di depan kedutaan besar Amerika Serikat. Mereka mengecam pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Terkait dengan itu, Kasubdit Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto mengaku telah menyiapkan rekayasa arus lalu-lintas jika kepadatan di Jalan Merdeka Selatan semakin meningkat. Hal itu dilakukan dengan menutup jalan Medan Merdeka dari arah Tugu Tani dan Medan Merdeka Barat lalu mengalihkannya ke jalan lainnya.
Namun, kata dia, hal itu akan dilakukan apabila memang situasional dan disesuaikan dengan eskalasi yang terjadi di lapangan.
"Nanti kalau depan Kedubes kita tutup, nanti lalu lintasnya dari Tugu Tani nanti akan kita alihkan ke Ridwan Rais dan ke Merdeka Utara, dan ke Pasar baru dan sebagainya," ujarnya di depan Kedubes Amerika Serikat, (8/12/2017).
Baca: Massa NU Bubar, Demo Kedubes Amerika Serikat Dilanjutkan Alumni 212
Sementara dari arah sebaliknya, yakni Medan Merdeka Selatan ke arah Gambir, "Kita luruskan ke Thamrin," kata dia.
Selain itu, lalu-lintas dari Jalan Budi Kemuliaan juga akan dialihkan belok kanan ke Thamrin dan Kebon Sirih.
Dari pantauan yang dilakukan Ditlantas Polda Metro Jaya, ia mengatakan bahwa lalu-lintas masih terpantau ramai lancar. "Monitor lewat HP enggak ada macet sampai Merdeka Timur, Barat. Cukup landai tapi tidak macet," imbuhnya.
Budiyanto juga menyampaikan, bahwa peserta aksi hanya diizinkan berunjuk rasa sampai pukul 18.00 WIB. Hal itu sesuai dengan Undang-undang nomor 9 tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Lantaran itu lah, ia menyerukan kepada massa agar melakukan unjuk rasa dengan tertib dan selesai dengan tepat waktu.
"Depan Kedubes dua lajur kita ijinkan untuk orasi massa. Diizinkannya sampai jam enam. Muda-mudahan enggak sampai terlalu sore. Sampai 18.00," ungkapnya. "Sekarang masih normal. Massa kurang lebih 700 orang."
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto