tirto.id - Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia per November 2020 mencapai 50,6 poin. Angka ini naik dari posisi Oktober 2020 yang mencapai 47,8 poin.
Posisi PMI Manufaktur di atas 50 menunjukan perusahaan dan industri di Indonesia mulai melakukan ekspansi meski dalam skala yang sangat terbatas.
"Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan rekor tertinggi produksi di tengah laporan meluas tentang pembukaan kembali pabrik dan peningkatan permintaan. Permintaan baru juga kembali meningkat, meskipun laju peningkatan hanya pada kisaran marginal,” ucap Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw dalam keterangan tertulis, Selasa (1/12/2020).
Bernard mencatat kenaikan yang lemah ini terlihat dari sejumlah indikator. Misalnya pertumbuhan penjualan masih melemah sekalipun ada peningkatan permintaan seiring pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.
Kapasitas operasi perusahaan rata-rata menunjukkan surplus, artinya ada kapasitas yang masih belum terpakai. Kapasitas yang terpakai saat ini terbatas untuk menyelesaikan pesanan yang sudah ada sebelumnya.
“Perusahaan tetap enggan untuk berinvestasi pada kapasitas dan inventaris baru, dengan ketenagakerjaan pabrik dan aktivitas pembelian keduanya mengalami kontraksi pada tingkat solid,” ucap Bernard.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan PMI kali ini sudah relatif membaik dari 2-3 bulan terakhir. Paling tidak katanya sudah berada di atas 50 lagi setelah berulang kali turun di bawah 50.
Meski demikian, Suahasil bilang jalan pemulihan ekonomi masih panjang. Ia berharap pemulihan ekonomi tetap bisa terjadi meski terjadi perlahan.
“Ada kencenderungan ekspansi. dari sisi industri mulai bersedia ekspansi tetapi masih relatif terbatas,” ucap Suahasil dalam konferensi pers Strategi Implementasi APBN 2021, Selasa (1/12/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan