Menuju konten utama

PKB Jadi Rebutan Empat Partai Setelah RUU Pemilu Ditetapkan

PKB yang memiliki basis 10 persen suara merasa percaya diri bahwa pihaknya akan menjadi rebutan dari fraksi yang tersisa lainnya, yakni PAN, Partai Demokrat, Gerindra, dan PKS.

PKB Jadi Rebutan Empat Partai Setelah RUU Pemilu Ditetapkan
Ketua DPR Setya Novanto didampingi Wakil Ketua DPR Fadli Zon menerima laporan Ketua Pansus RUU Pemilu Lukman Edy (kedua kiri) dan Anggota Pansus Fandi Utomo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/7). ANTARA FOTO/Mahesvari

tirto.id - Pasca-penetapan opsi Paket A yang mengatur ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden di angka 20 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) optimistis akan menjadi rebutan bagi partai lain. Berdasarkan penuturan Ketua Pansus RUU Pemilu Muhammad Lukman Edy, PKB memiliki basis 10 persen suara yang tentunya bisa membantu partai lain untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2019 mendatang.

Hal ini disampaikan Lukman saat ditemui di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jumat (21/7/2017). Lukman menuturkan bahwa Pemilu 2019 ini akan menjadi lebih sederhana karena sebagian besar partai sudah bisa menghitung koalisinya atas dasar suara parlemen pada Pemilu 2014 yang lalu.

Berdasarkan hal itu, lima partai yakni PDIP, Partai Golkar, PPP, Hanura, dan Nasdem dari jauh-jauh hari sudah menyatakan untuk mengusung Jokowi-JK untuk Pemilu 2019 mendatang. Oleh sebab itu, PKB yang memiliki basis 10 persen suara merasa percaya diri bahwa pihaknya akan menjadi rebutan dari fraksi yang tersisa lainnya, yakni PAN, Partai Demokrat, Gerindra, dan PKS untuk memenuhi ambang batas 0 persen.

“Yang paling memungkinkan untuk memenangkan Pilpres 2019 itu berpasangan dengan Muhaimin (Iskandar, Ketua Umum PKB),” tegas Lukman.

Menurutnya, ‘tiket’ untuk mengikuti Pilpres 2019 sudah terlihat dengan jelas. Gambaran terkait dengan koalisi juga bisa lebih mudah dilihat dan tentunya PKB dengan 10 persen modal mengaku terbuka bagi siapapun yang ingin berkoalisi. Kader PKB sendiri ingin agar PKB berperan aktif dalam pemerintah. Dalam kaitannya terhadap tujuan tersebut, PKB masih akan mempertimbangkan tentang posisi mana yang akan dicalonkan oleh PKB, antara calon presiden dan wakil presiden.

Namun yang jelas, PKB akan mengusahakan untuk mencalonkan kadernya sendiri sebelum memutuskan akan bergabung dengan kubu Jokowi-JK , Prabowo Subianto, ataupun pilihan lainnya. PKB mengaku akan sebisa mungkin mengusahakan posisi presiden dan wakil presiden bagi kader PKB. “PKB pasti ada solusi-solusi cerdas lah untuk itu,” pungkas Lukman.

Kekuatan PKB ini dinilai cukup signifikan dalam penawaran dengan Gerindra, Demokrat, PAN, ataupun PKS. PKB merasa bisa menjadi perahu utama, yakni presiden, ataupun mendorong perahu utama tersebut sebagai wakil presiden. Tugas yang menjadi prioritas PKB sekarang adalah menyiapkan kader PKB, terutama Muhaimin Iskandar (Cak Imin) untuk menjadi calon yang diusung dalam Pilpres 2019 mendatang.

“Kita lagi mendesain supaya Muhaimin ini menjadi perempuan cantik yang dilamar semua orang,” terangnya.

Sementara itu, Hidayat Nur Wahid dari fraksi PKS merasa pesimistis bahwa akan ada banyak calon yang bersaing di Pilpres 2019. Hidayat melihat hal ini berdasar kutub-kutub yang terbagi pada rapat paripurna DPR RI ke-32 yang digelar kemarin, Kamis (20/7/2017). Hidayat merasa bahwa dengan ambang batas 20 persen pencalonan presiden dan wakil presiden, maka selain partai petahana, partai di luar itu harus berusaha keras untuk mendapatkan 20 persen suara tersebut. Kemungkinan yang terbaik adalah PKS ikut bergabung bersama Gerindra dalam mengajukan calon presiden dan wakil presiden.

“Kalau Demokrat dengan PAN, nggak cukup 20 persen. Kalau PKS dengan Demokrat, engga cukup 20 persen. Yang cukup itu jika Gerindra dengan PKS atau Gerindra dengan PAN itu. Atau PKS Gerindra, PAN, Demokrat. Tapi ini nanti ada dua calon kalau tetap dipaksakan 20 persen,” katanya menjelaskan.

Baca juga artikel terkait RUU PEMILU atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yuliana Ratnasari