Menuju konten utama

Pimpin Misi Dagang ke AS, Mendag akan Negosiasi Soal Insentif Tarif

Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita akan mengosiasikan keberlanjutan pemberian fasilitas tarif Generalized System of Preferences (GSP) untuk produk Indonesia yang diekspor ke AS. 

Pimpin Misi Dagang ke AS, Mendag akan Negosiasi Soal Insentif Tarif
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan materinya pada Seminar Nasional "Call for Paper" di Hotel Jayakarta, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB, Senin (22/10/2018). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp.

tirto.id - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memimpin delegasi misi dagang Indonesia yang berkunjung ke Amerika Serikat pada 14-19 Januari 2019.

"Kunjungan kerja ke AS ini merupakan salah satu strategi untuk mencapai ekspor nonmigas yang ditargetkan naik 7,5 persen dibandingkan tahun lalu, atau sebesar 175,9 miliar dolar AS,” kata Enggar dalam siaran pers tertulisnya pada Senin (14/1/2019).

“Upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor harus dilakukan sedini dan semaksimal mungkin di tengah kondisi pelambatan pertumbuhan ekonomi global," dia menambahkan.

Dalam kunjungan kali ini, Enggar akan menggelar pertemuan bilateral dengan Duta Besar Perwakilan Perdagangan AS (USTR) Robert Lighthizer. Pertemuan itu untuk membahas status pemberian fasilitas tarif preferensial (Generalized System of Preferences atau GSP) hingga 0 persen oleh pemerintah AS untuk 3.546 produk asal Indonesia.

Enggar menjelaskan, dalam tujuh bulan terakhir, Pemerintah RI telah berkoordinasi intensif dengan AS agar status ribuan produk Indonesia dapat tetap dipertahankan di bawah skema GSP. Skema itu, kata dia, memudahkan eksportir dalam negeri dan importir AS yang membutuhkan produk asal Indonesia.

Pada Oktober 2017, pemerintah AS melalui USTR meninjau kembali penerapan GSP terhadap 25 negara penerima, termasuk Indonesia. Kemudian, pada awal 2018, USTR menyebutkan akan melakukan peninjauan pemberian GSP kepada Indonesia, India, Kazakhstan dan Thailand.

Enggar juga dijadwalkan bertemu dengan CEO Kamar Dagang dan Industri AS Tom Donohue dan para calon investor serta sejumlah pebisnis asal negara itu yang bergerak di industri garmen. Delegasi misi dagang RI juga akan menghadiri seminar sawit dan sejumlah forum bisnis untuk menjajaki investasi.

"Dengan forum bisnis dan business matching, diharapkan para pengusaha dapat bertransaksi secara langsung sehingga dapat meningkatkan perdagangan kedua negara," kata dia.

Sebanyak 15 pengusaha akan turut dalam misi dagang kali ini. Pelaku usaha tersebut bergerak di sektor sawit, alumunium, baja, hasil laut, kedelai, gandum, tekstil, kopi, ban mobil, emas dan daging sapi.

Selain itu, perwakilan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia, Indonesia Biofuels Producers Association (APROBI-IBPA), dan Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia juga turut serta dalam delegasi misi dagang itu.

Total perdagangan AS-RI dalam 5 tahun terakhir menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan rata-rata 0,39 persen. Pada 2017, AS menjadi negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia yang terbesar kedua setelah Cina, dengan nilai 17,1 miliar dolar AS. Produk ekspor utama RI ke AS, antara lain udang karet alam alas kaki, ban, dan pakaian wanita.

AS tercatat menjadi negara sumber impor nonmigas terbesar kelima bagi Indonesia pada 2017, yakni senilai 7,7 miliar dolar AS. Produk utama impor AS: kedelai, kapas, gandum, residu pabrik tepung dan makanan olahan untuk hewan.

Baca juga artikel terkait EKSPOR NONMIGAS atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom