tirto.id - “Betapa Bekasi kota kaya minyak, tetapi kami masih temukan warga miskin untuk berobat saja susah. Bekasi kawasan industri terbesar di Asia Tenggara tapi banyak anak-anak muda yang untuk mencari kerja saja sulit...,”
Obon Tabroni tak sadar sedang keserimpet lidah saat mengucapkan kata “kota” yang dimaksudkan untuk menyebut Kabupaten Bekasi dalam sebuah sesi terakhir acara debat Pilkada Kabupaten Bekasi 2017--yang dihelat 6 Februari lalu yang disiarkan di salah satu TV swasta.
Obon-Bambang satu dari lima paslon yang siap memperebutkan kursi orang nomor satu di Kabupaten Bekasi 2017-2022. Paslon nomor urut 3 ini bersama paslon nomor 2 yakni Sa'duddin yang bersanding dengan Ahmad Dhani yang didukung PKS, Gerindra, Demokrat menantang paslon nomor 5--Neneng Hasana Yasin-Eka Supria Atmaja sebagai petahana yang disokong oleh Golkar, PAN, Nasdem, PPP dan Hanura. Sang petahana juga harus meladeni tantangan PDI Perjuangan, PKB, PBB, sebagai pendukung pasangan Meilina Kartika Kadir-Abdul Kholik paslon nomor 1, dan Iin Farihin dan Mahmud paslon nomor 4.
Pilkada Kabupaten Bekasi memang tak seriuh DKI Jakarta. Namun, ajang demokrasi daerah di sisi timur Jakarta ini cukup menarik. Bukan hanya soal keberadaan sang sosok musisi Ahmad Dhani, atau juga Obon Tabroni yang merupakan aktivis buruh yang mencoba peruntungan menggapai kekuasaan di salah satu sentra kawasan industri utama di Indonesia. Bukan juga soal Pilkada Kabupaten Bekasi yang melahirkan dua calon perseorangan sekaligus yaitu Obon dan Iin.
Pilkada Bekasi memegang rekor sebagai Pilkada 2017 dengan anggaran terbesar untuk tingkat kabupaten/kota di Indonesia, dengan biaya yang disetujui hingga Rp129 miliar. Jumlah TPS Pilkada Bekasi juga yang terbanyak hingga 3.998 TPS. Pilkada Kabupaten Bekasi memiliki 5 paslon, salah satu yang terbanyak di Indonesia—dua di antaranya adalah calon bupati wanita. Lima dari total 10 paslon bupati dan wakilnya adalah para anggota DPRD Kabupaten Bekasi masa jabatan 2014-2019. Ini membuktikan Kabupaten Bekasi punya pesona yang besar bagi para pencari kekuasaan.
Ambil contoh, tak bisa dipungkiri Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bekasi salah satu yang tertinggi di Jawa Barat. Pada 2014 saja, PAD Kabupaten Bekasi mencapai Rp1,124 triliun, menyalip tetangganya Kota Bekasi yang hanya Rp1,042 triliun, apalagi Kota Depok yang hanya Rp588,606 miliar. APBD Kabupaten Bekasi tahun ini sudah di atas Rp5 triliun, kecil memang bila dibandingkan APBD DKI Jakarta Rp70 triliun.
Persoalan uang ini pula menjadi topik pembahasan dalam salah satu sesi debat Pilkada Kabupaten Bekasi. Seorang musisi Ahmada Dhani begitu fasihnya menanyakan PAD dan investasi di Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi perlahan memang sudah menjelma menjadi kawasan industri yang sarat pemodal besar di berbagai sektor.
“Untuk meningkatkan PAD dan lain-lain dibutuhkan investasi, simpel pertanyaannya bagaimana meningkatkan investasi?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan Ahmad Dhani untuk menguji paslon lainnya.
“Semua Ada di Bekasi”
Pertanyaan Ahmad Dhani tentu sangat mudah dijawab bila melihat potensi Kabupaten Bekasi yang besar. Berbicara apa yang ada di Bekasi dan segala potensinya, kawasan ini punya apa saja sebagai sebuah wilayah administrasi setingkat kabupaten, termasuk infrastruktur. Kabupaten Bekasi memiliki Stadion Utama Wibawa Mukti di Cikarang, yang merupakan salah satu stadion sepakbola termegah di Indonesia.
Kabupaten Bekasi juga salah satu titik utama dari rencana pembangunan transportasi massal MRT koridor timur-barat di Jabodetabek yang menghubungkan Cikarang (Kabupaten Bekasi) dengan Balaraja (Kabupaten Tangerang) dan kawasan yang dilintasi salah satu jaringan tol terpadat di Indonesia—Tol Jakarta-Cikampek.
Kabupaten Bekasi punya laut di sisi utara dengan hutan mangrove-nya hingga perkebunan dan kawasan industri membentang ke selatan. Contoh nyata, pabrik mobil Wuling asal Cina yang membenamkan investasi Rp9 triliun untuk pabrik mereka di Cikarang Pusat, Kota Deltamas. Kota Deltamas salah satu kawasan terpadu, bersama Kota Jababeka yang siap mengubah wajah Kabupaten Bekasi—di pelbagai proyek propertinya yang setiap tahun tumbuh dua digit.
Sektor industri yang jumlahnya ratusan usaha jadi jantung bagi ekonomi Kabupaten Bekasi. Kontribusi industri olahan terhadap produk domestik Kabupaten Bekasi mencapai 78 persen. Kabupaten Bekasi juga menjadi rumah bagi 400-an ribu buruh yang menggantungkan priuk ekonominya di sektor industri. Buruh Bekasi boleh berbangga, upah minimum mereka termasuk yang tertinggi di Indonesia, pada 2017 mencapai Rp3,530 juta, jauh mengalahkan upah minimum DKI Jakarta yang hanya Rp3,355 juta. Upah minimum Kabupaten Bekasi memang sedikit di bawah Kota Bekasi yang Rp3,601 juta atau Kabupaten Karawang yang masih merajai Rp3,605 juta.
Persoalan upah ini pula lah yang membuat Jakarta dan wilayah sekitarnya "terganggu" pada Januari 2012. Ribuan buruh Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menutup sekitar tujuh akses pintu tol kawasan industri hingga mengakibatkan kepadatan lalu lintas di Tol Jakarta-Cikampek dan sekitarnya. Ini menunjukkan Kabupaten Bekasi sangat strategis dari segala aspek termasuk bagi para tetangganya. Ia bukanlah “planet” yang berjarak--tapi ia dekat dengan warga ibukota lainnya.
Saat Pilkada 2017 nanti, Kabupaten Bekasi punya calonnya dari kalangan buruh—ini tentu jadi pembuktian apakah suara buruh di Bekasi solid bagi wakilnya--Obon Tabroni yang jadi kontestan. Atau mereka lebih memilih kesohoran Ahmad Dhani yang nyatanya lahir di Surabaya, dan lebih lama tinggal di Jakarta daripada di Kabupaten Bekasi. Pilihan kepada Petahana bisa saja terjadi, tapi selama Neneng berkuasa, sang petahana punya rapor yang tak menggembirakan.
Data BPS menunjukkan jumlah pengangguran meningkat di daerah yang bermuasal dari kata "bhagasasi atau Bacassie (Bahasa Belanda) ini. Pada 2012 tercatat hanya 93.375 orang menganggur, berselang beberapa tahun pada 2015 jumlahnya naik jadi 149.859 orang atau melonjak 60 persen. Jumlah orang miskin juga tak sedikit, pada 2014 mencapai 136.670 keluarga miskin (4,37%), tentu ini angka yang besar bila melihat penduduk Kabupaten Bekasi yang sekitar 3,122 juta orang (2014).
Bekasi adalah “kue” yang besar dan manis bagi mereka yang sedang mencari kekuasaan. Namun, bagi warga Kabupaten Bekasi, mereka tentu berharap bisa mendapatkan pemimpin yang bisa mengelola “kue” besar itu. Lagu “Munajat Cinta” karangan Ahmad Dhani andai boleh dipelesetkan untuk mewakili perasaan warga Kabupaten Bekasi.
Tuhan kirimkanlah Aku.....
(Pemimpin) yang baik hati...
Yang (Melayani) Aku...
(Tak Sekadar) apa adanya....