tirto.id - Presiden Peternak Layer Indonesia, Ki Musbar Mesdi mengungkapkan, beberapa penyebab harga telur terjadi belakangan ini meningkat tajam. Pertama, akibat harga acuan diatur untuk daging dan telur dinaikkan dari basic awal Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.
"Pada tahun 2022 agak khusus (kenaikannya), karena pertama untuk daging dan telur harganya dinaikkan 14,76 persen dari basic awal Permendag 07 tahun 2020," kata dia kepada Tirto, Jumat (16/12/2022).
Selanjutnya faktor kedua adalah krisis geopolitik dunia yang berdampak dalam kondisi dalam negeri. Kondisi tersebut berdampak kepada tingkat inflasi akibat kenaikan beberapa harga komoditas.
"Mau bagaimana lagi jadinya hantaman yang terjadi saat ini berbeda dengan kondisi tahun 2018 - 2019," jelasnya.
Ditambah lagi, kata dia, adanya kebijakan pemerintah dalam menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Biosolar dan Pertalite pada awal September 2022 lalu. Kebijakan tersebut membuat ongkos logistik beberapa komoditas pangan terkerek naik.
"Nah, ini yang menambah beban transportation an logistic cost di sektor hilirnya. Dan dampak ini juga berpengaruh pula ke sektor beras dan harga bibit dan pupuknya," jelasnya.
Musbar mengatakan, setiap tahun berjalan polanya kenaikan pada kelompok harga bahan pangan terjadi pada saat Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN). Di mana terjadi pada saat Idulfitri dan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Dia menyebut biasanya satu bulan sebelum atau H -7 HBKN terjadi kenaikan khususnya daging dan telur ayam. Para peternak pun sudah memberikan imbauan kepada pemerintah bahwa kenaikan berada dalam kisaran 10 - 15 persen. Sementara harga akan melandai kembali mendekati normal H -7.
"Hasil pantauan kami kemarin harga telur di pasar DKI, Jabar atau konsumen sudah mulai terkoreksi step by step ke arah 30 ribu ke bawah," pungkas dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang