tirto.id - Surat permohonan maaf terbuka dari Moh. Subkhan beredar di grup WhatsApp, Rabu (13/2/2019) sore. Surat tersebut ditunjukan kepada "publik dan masyarakat Kabupaten Brebes."
"Saya merasa bersalah telah melakukan KEBOHONGAN (huruf kapital seluruhnya sesuai isi surat) di depan cawapres nomor urut 02 SANDIAGA UNO ketika kampanye di Brebes," katanya dalam surat bermaterai 6000 dan disertai tanda tangan.
Subkhan adalah 'petani bawang' yang bertemu dengan cawapres Sandiaga Salahuddin Uno pada Senin (11/2/2019) lalu. Di atas panggung, dengan pengeras suara, dia mengatakan "harga bawang jatuh" dan dia mau tak mau berutang.
"Saya berutang Rp15 juta. Jeleknya adalah rumah bapak saya digadaikan," katanya, dengan nada bicara seperti hendak menangis.
Diketahui kemudian Subkhan bukan sekadar petani bawang. Dia adalah mantan Komisioner KPU Kabupaten Brebes, Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Hubungan Antar Lembaga periode 2013-2018.
Sebelum di KPUD, Subkhan lebih dikenal sebagai seorang demonstran. Pria kelahiran 11 November 1973 ini juga tercatat pernah menjabat Ketua LSM Forum Kajian Masyarakat Brebes dan staf ahli DPRD Brebes.
Dia juga punya titel akademik: S.Si.
Dalam surat yang sama dia mengatakan bicara ke Sandi dan menyampaikan keluh kesah bukan atas kemauannya sendiri, tapi atas perintah orang lain.
"Apa yang saya lakukan hanya menjalankan SKENARIO sesuai arahan TIM SUKSES," tambahnya, disertai permohonan maaf.
Tapi Subkhan membantah. Hal itu ia katakan kepada reporter Tirto.
"Surat itu tidak benar. Itu bukan dari saya. Itu bukan tanda tangan saya. Saya akan perlihatkan [tanda tangan]. Saya punya ciri-ciri khusus tanda tangan saya, yang Insya Allah tidak bisa dipalsukan," katanya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa tak ada yang direkayasa dari pertemuan dengan Sandi.
Subkhan tidak tahu dari mana surat itu berasal. Merasa dirugikan, Subhkan akan membawa kasus ini ke ranah hukum.
"Oh jelas, saya harus memprosesnya," katanya.
Penulis: Rio Apinino