tirto.id - Ekonomi Indonesia pada kuartal I 2019 tumbuh 5,07 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2018 yang tercatat di angka 5,06 persen.
Meski demikian, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya perekonomian Indonesia justru tumbuh lebih rendah atau negatif 0,52 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi RI yang melambat pada tiga bulan pertama 2019 itu lebih disebabkan oleh faktor musiman.
"Pertumbuhan ekonomi paling tinggi [justru] di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dampak 14,10 persen karena musim panen dari Januari-Maret. Lalu disusul jasa keuangan dan asuransi sebesar 3,33 persen," ujar dia, dalam konferensi pers di kantor BPS, Senin (6/5/2019).
Di samping itu, harga komoditas minyak dan gas di pasar internasional yang mengalami penurunan hingga pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang yang melambat juga jadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di Januari hingga Maret 2019.
Ekonomi Cina melambat dan hanya tumbuh 6,4 persen; Singapura melambat menjadi 1,3 persen dari sebelumnya 1,9 persen; serta Korea Selatan (Korsel) yang juga melambat jadi 1,8 persen. "Jadi tiga negara alami perlambatan, kecuali AS yang tumbuh lebih bagus," imbuh dia.
Dari sisi produksi, kata Suhariyanto, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha.
Sementara dari sisi pengeluaran, kata dia, penurunan disebabkan antara lain oleh kontraksi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto, dan Ekspor.
Sedangkan, jika dilihat pertumbuhannya, Lapangan Usaha Jasa Perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 10,36 persen dari sisi produksi.
Adapun di sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga yang tumbuh 16,93 persen.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali