tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat aliran modal asing keluar atau terjadi capital outflow dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 132,69 triliun (year to date/ytd) hingga per 15 Desember 2022. Keluarnya dana asing tersebut tidak lepas dari tren kenaikan suku bunga di negara maju.
"Dengan lingkungan (global) yang begitu sangat luar biasa melonjak dan dinamikanya, terjadi capital outflow mencapai lebih dari Rp 132 triliun," ungkap Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa, Selasa (20/12/2022).
Menurut Sri Mulyani, keluarnya dana asing dari pasar SBN turut dipengaruhi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif guna menekan lonjakan inflasi. Sepanjang 2022, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 425 basis poin.
Meski demikian, jika melihat secara bulanan, pasar SBN pada Desember 2022 menunjukkan adanya dana asing masuk (capital inflow) ke pasar SBN sebesar Rp21,27 triliun. Nilai itu lebih kecil dari capital inflow bulan sebelumnya yang sebesar Rp23,7 triliun.
Bendahara negara itu menilai, mulai kembali masuknya modal asing ke tanah air, didorong penurunan tingkat inflasi AS ke level 7,1 persen pada November 2022. Kondisi itu menjadi sinyal bagi investor bahwa adanya potensi perlambatan kenaikan suku bunga AS untuk ke depannya.
"Menurunnya inflasi AS turut memberi sinyal perlambatan kenaikan FFR (Federal Funds Rate) yang mendorong asing masuk ke pasar obligasi negara emerging market, termasuk Indonesia pada Desember 2022," kata Sri Mulyani.
Porsi kepemilikan asing terhadap SBN kini tercatat hanya sebesar 14,64 persen per 15 Desember 2022. Semakin menurun dibandingkan sejak akhir 2019, di mana porsi kepemilikan asing tercatat mencapai 38,57 persen.
Dia mengatakan, menurunnya kepemilikan asing memberikan keuntungan tersendiri, yakni tidak menimbulkan terjadinya swing atau volatilitas yang signifikan terhadap imbal hasil (yield) atau harga SBN ketika terjadinya capital outflow. Lantaran, kepemilikan SBN didominasi investor domestik.
Sebagian besar obligasi pemerintah memang dipegang oleh Bank Indonesia (BI) maupun investor domestik, seperti bank, asuransi, dana pensiun, serta masyarakat.
Meski begitu, Sri Mulyani menekankan, daya tarik SBN tetap perlu dijaga agar investor asing mau membawa dananya ke Indonesia. Sebab, salah satu strategi pembiayaan anggaran pemerintah adalah dengan penerbitan surat utang yang juga menyasar investor asing.
"Kita tetap harus menjaga daya tarik surat berharga negara kita, karena ini adalah salah satu bagian dari strategi pembiayaan yang harus terus kita jaga," tutupnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang