tirto.id - Pertamina News & Renewable Energy (NRE) telah mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar 6,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp98 triliun (kurs Rp15.571 per dolar AS) sampai 2029 untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT).
Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE, Iin Febrian, mengatakan, capex yang dianggarkannya tersebut lebih besar 9 kali lipat dari alokasi saat ini yang senilai 700 juta dolar AS.
“Based on (berdasar) RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan) kita, hampir Rp100 triliun dalam satu tahun untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan,” katanya, dalam acara Repnas National Conference & Awarding Night, di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024).
Dari total capex tersebut, Pertamina NRE bakal menggunakan 63 persen di antaranya untuk menggandakan kapasitas pembangkit geothermal dari 672 megawatt (MW) menjadi 1,4 gigawatt (GW). Kemudian, 18 persen di antaranya untuk mewujudkan solusi energi rendah karbon dan 11 persen di antaranya untuk mengembangkan biomassa serta bioetanol, 6 persen lainnya untuk mengembangkan rencana bisnis masa depan, serta 2 persen sisanya untuk mengembangkan energi terbarukan.
“Ke depan kita akan mengembangkan bioetanol. Kita telah sukses mengembangkan biodiesel. Keberhasilan di biodiesel akan kita teruskan di bioetanol,” ujar Iin.
Terkait pengembangan bioetanol, Pertamina NRE telah memiliki rencana untuk mengembangkan pabrik bioetanol di Banyuwangi pada 2026 dengan kapasitas 30.000 kilo liter per tahun. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, nantinya pabrik bioetanol ini akan berkolaborasi dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN).
“Kita juga telah membangun kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi NTT untuk melihat potensi lokal di sana untuk biofuel, bioetanol, baik itu mungkin dari jagung maupun dari sorgum,” sambungnya.
Iin menilai, pengembangan bioetanol dengan bahan baku tebu, jagung maupun sorgum dapat memberikan multiplier effect yang besar, baik kepada petani maupun masyarakat setempat. Nilai tambah yang bisa ditimbulkan dari rantai pasok bioetanol inilah yang kemudian dapat membuat Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, seperti yang dicita-citakan oleh Presiden Terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.
“Kami Pertamina mendapatkan amanah dari negara untuk menjamin ketahanan energi nasional. Ini keharusan apalagi dalam mendukung arahan strategis dari pemerintahan baru untuk GDP 8 persen,” tukas Iin.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang