tirto.id - Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadli Ramadhanil mengatakan, kondisi masyarakat saat ini sudah sangat terpolarisasi dan terpecah belah akibat Pemilu 2019.
"Kita menghadapi tantangan yang cukup berat sepertinya, dengan kondisi hari ini. Ada polarisasi dan keterbelahan dalam kelompok masyarakat yang luar biasa," kata Fadli saat ditemui di LBH Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2019) sore.
“Ada syak wasangka yang luar biasa antara pendukung yang satu dengan pendukung yang lain,” lanjut dia.
Bahkan, kata Fadli, masyarakat yang tak terlibat dalam kepentingan kemenangan masing-masing calon presiden pun rentan dituduh bermacam-macam hal.
"Itulah kondisi sekarang di mana polarisasi, keterbelahan dukungan membuat saling curiga dalam proses Pemilu sebagai efek dari desain Pemilu yang membuat keterbelahan dan polarisasi di masyarakat," katanya.
Salah satu desain Pemilu yang salah, kata Fadli, adalah mengenai keterbatasan jumlah calon presiden yang sudah salah mulai dari pembentukan regulasi sehingga mempersempit calon yang akan berkontestasi.
"Adanya ambang batas pencalonan presiden 20 persen kursi atau 25 persen suara itu, telah membuat dan memberikan sumbangsih yang luar biasa terhadap polarisasi dan keterbelahan masyarakat," katanya.
Oleh karena itu, kata Fadli, perlu ada sinergitas antara masyarakat dan pemerintah untuk mendorong bersama isu HAM dan demokrasi yang lebih ke depannya usai Pemilu.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Alexander Haryanto