Menuju konten utama

Perkenalkan Pahlawan Nasional Ke-169: KH Asad Syamsul Arifin

Setiap tahun ada nama-nama yang diusulkan dan ada yang akhirnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Bagi pemerintah, penetapan pahlawan nasional sebagai penghargaan dan penghormatan bagi mereka yang dianggap berjasa bagi republik. Tahun ini, KH As'ad Syamsul Arifin yang berasal dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU) resmi masuk daftar nama pahlawan nasional. Politik massa?

Perkenalkan Pahlawan Nasional Ke-169: KH Asad Syamsul Arifin
K.H. As'ad Syamsul Arifin [Gambar/Sabit]

tirto.id - Plakat hitam berhias burung garuda diserahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada perwakilan keluarga K.H. As'ad Syamsul Arifin di acara penetapan pahlawan nasional di Istana Negara. K.H. As'ad Syamsul Arifin menambah daftar pahlawan nasional yang pada 2015 lalu masih berjumlah 168 orang. Kini berjumlah 169 orang.

Sejak Abdul Muis, Ki Hajar Dewantoro, dan Surjopranoto menyandang gelar pahlawan nasional untuk gelombang pertama sejak 57 tahun lalu, setiap tahunnya rata-rata ada 2-3 orang ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Jumlah pahlawan nasional akan terus bertambah, sejalan makin banyaknya usulan ke pemerintah dari berbagai kelompok masyarakat hingga pemerintah daerah.

Semenjak meninggalnya Gus Dur pada Desember 2009, gagasan agar Gus Dur ditetapkan sebagai pahlawan nasional sempat mencuat termasuk dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gus Dur bukan satu-satunya. April 2016, tokoh Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Akbar Tandjung rela menemui Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa demi mengusulkan pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lafran Pane sebagai pahlawan nasional.

Gus Dur dan Lafran Pane hanya sebagian kecil dari nama-nama yang dianggap pantas menyandang gelar adiluhung pahlawan nasional. Sepanjang 2016 hingga April ada sembilan nama yang diusulkan, tahun lalu saja ada 13 nama yang diusulkan.

Persoalannya, untuk menyandang gelar pahlawan nasional, seorang tokoh harus memenuhi syarat umum dan syarat khusus, juga syarat administratif. Kendati belasan nama sudah diusulkan dalam setahun terakhir, Presiden Jokowi hanya menetapkan K.H. As'ad Syamsul Arifin yang berlatar belakang NU, sebagai salah satu kelompok organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia.

Asad syamsul arifin

Penetapan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dalam gelar pahlawan nasional bukan kali ini saja. Presiden Jokowi sempat menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada K.H. Abdul Wahab Hasbullah pada November 2014. Dalam daftar pahlawan nasional Kementerian Sosial (Kemensos), beberapa tokoh besar NU yang masuk daftar pahlawan nasional antara lain K.H. Hasjim Asjarie, K.H. Abdul Wahid Hasjim, K.H. As'ad Syamsul Arifin. Sedangkan dari Muhammadiyah antara lain K.H. Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, H. Fachruddin.

"Sejak saya jadi presiden, gelar pahlawan nasional akan saya anugerahkan pada kiai dari Jombang, KH Abdul Wahab Hasbullah," kata Jokowi seperti dikutip dari laman kominfo.jatimprov.go.id.

Para tokoh-tokoh ini membawahi organisasi massa yang besar. NU, misalnya, dalam laman www.nu.or.id, jumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang. Angka ini sekitar 16 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa.

Para pahlawan ini dianggap berjasa semasa hidupnya, pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau politik atau perjuangan di bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan, serta mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia.

K.H. As'ad Syamsul Arifin sendiri dianugerahi gelar pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) RI Nomor 90/TK/Tahun 2016 pada 3 November 2016. Butuh puluhan tahun hingga sosok As'ad ditetapkan resmi sebagai pahlawan.

Usulan gelar pahlawan nasional untuk As'ad sudah dilakukan sejak 2014 lalu. Bahkan jauh sebelumnya, usulan pengajuan gelar tersebut pernah dilontarkan K.H. Ahmad Siddiq, Rais Am PBNU pada hari kedua setelah Kiai As’ad wafat pada 1990. Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah ini lahir di Mekkah, Arab Saudi, pada 1897, dan meninggal di usia ke-93 pada 4 Agustus 1990 di Situbondo, Jawa Timur. Ia terakhir menjabat sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar NU.

“Kami, para santri beliau ikut senang dan bangga dengan penganugerahan ini,” ujar Abdul Moqsith Ghazali, salah seorang santri K.H. As’ad dikutip dari laman nu.or.id.

Penetapan K.H. As'ad Syamsul Arifin hanya salah satu contoh gelar pahlawan melalui proses yang panjang dan disambut positif oleh pengikutnya. Sosok Gus Dur hanya menunggu waktu untuk ditetapkan menyusul bapak dan kakeknya sebagai tokoh utama NU yang juga jadi pahlawan nasional.

"Pengusulan Gus Dur sudah selesai di tim peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP), tinggal melanjutkan ke dewan gelar," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, April tahun lalu, dikutip dari Antara.

Gelombang usulan nama pahlawan bakal tak ada habisnya untuk menunggu antrean ditetapkan sebagai pahlawan dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah daerah. Pertanyaannya: berapa ratus pahlawan nasional lagi yang dibutuhkan agar Indonesia menjadi bangsa yang besar?

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Zen RS