tirto.id - Setelah Koesnomo alias Nomo Koeswoyo tak bisa lagi bermain bersama Koes Bersaudara, maka Koestono alias Tonny Koeswoyo--abangnya dan dua adiknya (Yok dan Yon)--yang ingin terus fokus bermusik, mencari pemain drum baru. Beruntung mereka menemukan Kasmuri alias Murry, pemuda 20 tahun asal Surabaya yang sedang berada di Jakarta.
Murry sebelumnya bermain bersama band Patas, milik Kejaksaan. Koes Bersaudara tertarik dengan permainan drumnya. Setelah Murry bergabung, nama band yang semula Koes Bersaudara berubah menjadi Koes Plus. Dheg Dheg Plus menjadi album debut Murry bersama Tonny, Yok dan Yon.
Awal sejarah Koes Plus tidak mulus. Penjualan album pertama mereka jauh dari menggembirakan. Album Dheg Dheg Plus memuat 12 lagu, antara lain "Kelelalawar", "Manis dan Sayang", "Derita", "Cintamu Tlah Berlalu", dan "Kembali ke Jakarta". Meski gagal secara penjualan, tetapi lagu-lagu dalam album tersebut termasuk lagu-lagu Koes Plus yang paling diingat dan kerap diperdengarkan.
Majalah Rolling Stones Indonesia edisi 32 Desember 2007 mencatat Dheg Dheg Plus berada di urutan ke-4 dalam 150 Album Indonesia Terbaik. Meski album pertamanya kurang laku, Koes Plus tidak lantas tenggelam. Mereka tetap punya kesempatan untuk rekaman lagu-lagu baru. Mereka pindah label rekaman dari Dimita ke Remaco.
Album Volume 2 mereka dirilis pada 1970. Di dalamnya antara lain terdapat lagu "Kisah Sedih di Hari Minggu", "Hidup yang Sepi", dan "Andaikan Kau Datang". Album ini menjadi titik cerah bagi Koes Plus di pasar musik Indonesia. Album kedua Koes Plus ini berada di urutan ke-21 dalam 150 Album Indonesia Terbaik.
Koes Plus adalah band dengan banyak album alias sangat produktif. Dalam setahun mereka bisa merilis lebih dari dua album. Lagu-lagunya laris manis di kalangan pendengar awam. Koes Plus bahkan sempat dicap sebagai musik gampangan. Selain itu, permainan drum Murry pun disebut menurun setelah bergabung dengan Koes Plus. Meski demikian, mereka tidak ambil pusing dengan opini-opini tersebut.
Masa bersama Koes Plus dianggap Murry bukan sebagai masa gagah-gagahan dalam bermain drum. Namun permainan Murry yang tergolong rapi diakui oleh musisi lain.
“Kalau semasa [rekaman] di Dimita dulu, saya masih suka melakukan gebrakan-gebrakan yang nonjol-nonjol, maka kita kini perlu harmonisasi benar-benar dalam musik,” ujar Murry kepada Bens Leo dari majalah Aktuil nomor 171 tahun 1975.
Kala itu Koes Plus sudah bergabung dengan Remaco milik Eugene Timothy. Sebagai pemain drum yang mengikuti musik Indonesia, Murry mengaku bahwa dia adalah penggemar Fuad Hasan (drummer God Bless), yang menurutnya bisa bermain serius dan layak diteladani.
Sempat Kerja di Pabrik Gula
Murry lahir di Jember pada 19 Juni 1949. Masa remajanya dilalui ketika The Beatles tengah berjaya. Kala itu mendengarkan The Beatles tidak semudah di era Youtube. Selain terbatasnya media seperti radio dan televisi, juga ada masa di mana orang-orang Indonesia, termasuk rezim Orde Lama, benci dengan musik populer dari negara-negara Barat.
Pada era 1960-an, mendengarkan lagu-lagu Barat seperti The Beatles harus sembunyi-sembunyi jangan sampai ketahuan golongan anti-Barat.
Selain mahir bermain drum, Murry juga punya kemampuan menulis lagu. Lagu ciptaannya mengikuti apa yang menjadi kecendrungan Koes Plus: susunan lirik dan musiknya sederhana. Meski demikian, Murry tidak sebanyak personel lain dalam menulis lagu. Lagu-lagu ciptaan Murry antara lain "Pelangi" dalam album Volume 7 (1973), "Cubit-cubitan" (yang berirama Melayu dalam album Pop Melayu Koes Plus Volume 1), dan "Bujangan" dalam album Volume 10 (1973).
Lagu gubahan Murry tak hanya ditemukan dalam album-album Koes Plus. Setelah merilis lebih dari dua lusin album, Koes Plus sempat vakum. Di masa-masa ini, Murry pernah membuat band bernama Murry’s Group dan membawakan ulang lagu "Pelangi". Selain itu, dia juga menciptakan lagu "Mama" yang belakangan dinyanyikan ulang dengan baik oleh Eddy Silitonga.
Sebelum terjun ke dunia musik, Murry sempat bekerja di pabrik gula di Jawa Timur. Setelah mapan bersama Koes Plus, menurut laporan Aktuil No. 171, kekayaannya pada tahun 1975 meliputi rumah di Kayu Manis dan Kebayoran Baru, mobilnya kala itu adalah Toyota Crown.
Setelah masa jaya Koes Plus berlalu, Murry tetap dikenal sebagai penggebuk drum Koes Plus. Sejak tahun 1986, Koes Plus tetap jalan meski tanpa Tonny Koeswoyo. Di masa sepuhnya, Murry dan Yon Koeswoyo masih kerap tampil. Yon tutup usia pada 5 Januari 2018. Sementara Murry mendahului pada 1 Februari 2014, tepat hari 8 tahun lalu.
==========
Artikel ini terbit pertama kali pada 3 Juni 2021. Redaksi melakukan penyuntingan ulang dan menayangkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Editor: Irfan Teguh Pribadi