tirto.id - Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) diperingati setiap 5 November. HCPSN bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat pada pentingnya puspa (bunga) dan satwa.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional bertujuan untuk meningkatkan kepedulian, upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk kehidupan manusia.
Perlindungan tumbuhan dan satwa ini bisa berupa kebijakan dan program pada tingkat daerah maupun nasional. LIPI mengakui meman tidak mudah membangun kesadaran dan kecintaan masyarakat pada flora dan fauna ini. Melalui Hari Cinta Puspa dan Satwa hal itu akan terus didorong.
"Momen ini akan terus dikampanyekan kepada masyarakat agar masyarakat dapat ikut serta menjaga kelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia," tulis LIPI
Dalam salah satu laporannya WWF juga menyebut Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional merupakan momen yang baik untuk membentuk kecintaan masyarakat terhadap puspa dan satwa agar keanekaragaman hayati tetap lestari.
WWF merupakan organisasi pecinta lingkungan yang kerap memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.
Pada 5 november 2018 WWF mengajak serta anak-anak usia dini atau TK untuk ikut terlibat dalam kegiatan lingkungan. Peringatan hari cinta puspa dan satwa oleh WWF Riau yang bekerjasama dengan Yayasan TK Kartika l-53 Yonif 132-Salo dihadiri oleh 150 siswa-siswi dari 10 TK yang berada di Kecamatan Salo dan Bangkinang-Kabupaten Kampar.
Perkembangan Puspa dan Satwa di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan spesies puspa dan satwa yang beragam. Bahkan LIPI menduga keanekaragaman ini masih akan terus bertambah dengan penemuan-penemuan jenis baru.
Pada 4 November 2019 kemarin LIPImalaporkan bahwa peneliti mereka telah menemukan dua spesies baru anggrek yaitu Dendrobium nagataksaka dari provinsi Papua Barat dan Eulophia lagaligo dari Sulawesi Selatan. Deskripsi spesies baru anggrek tersebut telah diterbitkan pada jurnal ilmiah internasional Phytotaxa pada bulan September 2019.
Anggrek Dendrobium nagataksaka adalah jenis anggrek yang ditemukan tumbuh menempel di permukaan batang pepohonan. Sedangkan Eulophia lagaligo memiliki kemiripan dengan Eulophia nuda (jenis anggrek yang sebelumnya sudah ditemukan). Namun ada perbedaan yang mencolok yang terletak pada bentuk dagu bunganya yang berasal dari kaki tugu dan bibir-bunga dan menekuk kebawah. Juga tugu bunga yang lebih ramping, serta penutup anther yang memanjang.
Pada Oktober 2019 LIPI juga menulis, dua penemuan baru satwa yang berasal dari Indonesia, yaitu Katak tanduk Kalimantan dan kodok wayang dari Sumatera serta Burung pemakan madu dari pulau Alor.
Katak tanduk dideskripsikan oleh tim peneliti dari LIPI, Kyoto University Jepang, Aichi University of Education Jepang, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Negeri Semarang. Spesies katak ini merupakan katak yang ditemukan di pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, juga di Bario, Sarawak dan pegunungan Crocker di Sabah, Malaysia. Selain itu, peneliti juga menemukan tiga spesies baru kodok wayang dari hutan dataran tinggi Sumatera.
Burung pemakan madu yang berasal dari Alor ini merupakan jenis baru dari Myzomela prawiradilagae. Dalam catata LIPI penemuan jenis burung ini menambah jumlah total burung genus Myzomela di Indonesia menjadi 20 jenis.
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani