Menuju konten utama

Perempuan India Lakukan Aksi Tuntut Hak Ibadah di Kuil Sabarimala

Kuil Sabarimala membatasi perempuan-perempuan yang sedang menstruasi, antara usia 10 hingga 50 tahun untuk beribadah.

Perempuan India Lakukan Aksi Tuntut Hak Ibadah di Kuil Sabarimala
Ilustrasi Perempuan India. FOTO/iStock

tirto.id - Perempuan-perempuan India dari berbagai usia membentuk rantai kemanusiaan sepanjang 620 kilometer (km). Rantai yang dibuat membentang dari ujung utara Kasaragod sampai ujung selatan di Thiruvananthapuram di kawasan Kerala, India Selatan.

Aksi ini dilakukan di tengah perselisihan terkait akses perempuan masuk ke Kuil Sabarimala, sebuah kuil suci umat Hindu dengan atap berlapis emas. Tempat ini dipercaya sebagai tempat tinggal Dewa Ayyappa (Dewa Pertumbuhan).

Meski memiliki nilai historis tinggi, kuil tersebut membatasi perempuan-perempuan pada masa menstruasi, antara usia 10 hingga 50 tahun untuk beribadah di sana.

Agen pers India seperti dilansir dari The Guardian melaporkan, pejabat pemerintah ikut serta dalam demonstrasi itu, sementara sekolah diberikan waktu setengah hari pengajaran dan ujian universitas ditunda sehingga mahasiswa-mahasiswa dapat bergabung dalam protes.

Pemerintah memprediksi ada lima juta perempuan berpartisipasi dalam protes itu. Perempuan-perempuan ini bergandengan tangan di sepanjang jalan raya. Mereka juga mengangkat tangan mereka dan berjanji untuk memerangi diskriminasi gender.

"Ini adalah cara yang bagus untuk mengatakan betapa kuatnya perempuan, dan bagaimana kita dapat memberdayakan diri kita sendiri dan saling membantu. Tentu saja, saya mendukung gerakan untuk memungkinkan perempuan dari segala usia memasuki kuil. Saya tidak berpikir tradisi atau keterbelakangan apa pun harus menghentikan wanita. Mereka yang ingin berdoa harus memiliki hak untuk berdoa," Kavita Das salah satu demonstran muda berkata kepada BBC.

Bindu Amini (44) seorang demonstran perempuan yang melakukan perjalanan ke tempat suci Dewa Ayyappa bersama Kanakadurga (42), mengatakan perjuangannya tersebut mewakili ratusan ribu umat perempuan dan masyarakat yang memperjuangkan keadilan gender.

Keteguhan Bindu didukung oleh Kanakadurga. "Kami sama sekali tidak takut. Kami mengikuti hak hukum kami sebagai perempuan. Kami 100 persen yakin bahwa kami tidak melukai orang,” katanya kepada India Today TV.

Pada 28 September lalu, Mahkamah Agung India memutuskan untuk mengizinkan perempuan beribadah di Kuil Sabarimala. Namun, partai nasionalis India (Partai Bharatiya Janata), Perdana Menteri Narendara Modi, dan beberapa kelompok Hindu menentang putusan tersebut.

Mereka menilai aturan itu merupakan serangan terhadap nilai-nilai Hindu. Mereka berpendapat pengadilan telah mengabaikan kepercayaan bahwa Dewa Ayyappa selibat. Dewa telah menetapkan aturan yang jelas tentang ziarah untuk mencari berkahnya.

Menurut mitologi kuil, perempuan menstruasi dianggap sebagai seseorang yang tidak bersih dan melarang mereka berpartisipasi dalam ritual keagamaan. Meskipun sebagian besar kuil mengizinkan perempuan untuk masuk sepanjang mereka tidak menstruasi.

Aksi perlawanan tersebut juga disponsori oleh Front Demokratik Kiri (LDF) India yang dipimpin oleh Pinarayi Vijayan. Ia menyatakan pada India Today, dirinya tidak akan membiarkan Kerala dibawa kembali ke zaman kegelapan dan perempuan memiliki hak yang sama.

Para pejabat berkata demonstrasi singkat itu adalah untuk memerangi ketimpangan dan melawan upaya kelompok-kelompok sayap kanan yang mendukung larangan terhadap perempuan.

Para kritikus politik menuduh Perdana Menteri Narendra Modi melancarkan agenda memecah belah untuk menghimpun basis dukungan Pemilu mendatang. Kerala menjadi tempat kemarahan dan bentrokan antara Hindu tradisionalis dan pendukung keputusan pengadilan.

Baca juga artikel terkait KESETARAAN GENDER atau tulisan lainnya dari Isma Swastiningrum

tirto.id - Politik
Penulis: Isma Swastiningrum
Editor: Dipna Videlia Putsanra