Menuju konten utama

Penyelundupan Senjata, Polri Kirim Tim ke Sudan

Kapolri mengirim tim ke Sudan Rabu malam untuk ikut dalam penyelidikan terkait kasus penyelundupan senjata dan amunisi yang diduga dilakukan pasukan perdamaian Indonesia (Formed Police Unit/FPU) VIII di Bandara Al-Fashir.

Penyelundupan Senjata, Polri Kirim Tim ke Sudan
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian katakan akan kirim tim ke Sudan guna memberi bantuan hukum, koordinasi dengan pemerintah setempat, termasuk dengan PBB maupun otoritas Sudan terkait kasus dugaan penyelundupan senjata oleh pasukan perdamaian Indonesia di Sudan, Rabu (25/1). TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Kapolri mengirim tim ke Sudan Rabu malam untuk ikut dalam penyelidikan terkait kasus penyelundupan senjata dan amunisi yang diduga dilakukan pasukan perdamaian Indonesia (Formed Police Unit/FPU) VIII di Bandara Al-Fashir.

Sebelumnya, Kapolri telah membantah jika pasukan perdamaian Indonesia melakukan penyeludupan senjata dan amunisi melalui Bandara Al-Fasir Sudan.

"Yang jelas akan kita kirim tim, malam ini akan berangkat ke sana memberi bantuan hukum, koordinasi dengan pemerintah setempat, termasuk dengan PBB maupun otoritas Sudan," kata Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian seusai mendampingi Presiden Joko Widodo memberi pengarahan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) Polri tahun 2017 di Jakarta, Rabu, (25/1/2017) seperti dikutip dari Antara.

Tito mengungkap bahwa 10 koper yang berisi berbagai senjata dan amunisi itu bukan milik Polri yang telah menyelesaikan tugasnya di Sudan.

"Karena sebelumnya koper-koper sudah diperiksa sebanyak 141 koli sebelum berangkat ke bandara pada tgl 19 Januari 2017. Itu sudah masuk ke dalam kontener," kata Tito.

Dan pada 21 Januari 2017 (20 Januari waktu Sudan), lanjut Kapolri, FPU Indonesia berangkat ke bandara dan kontainernya dihitung termasuk isinya tetap sama sebanyak 141 koper.

"Barang itu keluar masuk bandara lewat x-ray sampai di ruang tunggu umum. Di ruang tunggu umum itu baru 30 koper yang masuk dan koper itu semua ada identitasnya VPU Indonesia," jelasnya.

Berjarak 10 meter dari koper milik VPU Indonesia terdapat 10 koper tanpa identitas dan bentuknya berbeda dengan koper milik tim Polri.

"Itu tempat umum, 10 koper itu ditanya milik siapa dan dijawab petugas Indonesia bukan milik kita. Milik kita totalnya 141," jelas Kapolri.

Selanjutnya petugas bandara langsung memasukkan tas-tas tersebut ke "X-ray" dan ditemukan 100 senjata berbagai macam serta amunisi.

"Petugas kita menyangkal, itu bukan milik kita karena jumlahnya 141 dan tempatnya beda," terang Tito.

Kapolri juga mengatakan untuk apa FPU Indonesia menyelundupkan senjata dan amunisi, karena sudah sangat kecukupan dan memiliki produksi sendiri, PT Pindad.

"Di Indonesia sangat cukup amunisi. Mau 5,5 mm; 6 mm, 7,2 mm, 9 mm. Kita semua paham, apalagi temen di pasukan sangat cukup. Kita punya Pindad perusahaan sendiri, tidak perlu amunisi. Kecil kemungkinan bahwa itu milik FPU kita," ujar Kapolri.

Namun Tito belum mengetahui motif kasus ini, sehingga pihaknya mengirim tim ke Sudan untuk menyelidikinya.

Sebelumnya, diberitakan bahwa pemerintah di Darfur Utara menyebutkan pasukan polisi Indonesia yang tergabung dalam misi menjaga perdamaian di Darfur (UNAMID) ditangkap pada hari Jumat (20/1) waktu setempat di Bandara Al Fashir, Sudan, karena diduga mencoba menyelundupkan senjata dan amunisi yang disamarkan seperti mineral berharga.

Informasi dari Pusat Media Sudan (Sudanese Media Centre) menyebutkan berbagai senjata dan amunisi yang diselundupkan meliputi 29 senapan Kalashnikov, empat senapan, enam senapan GM3, dan 61 berbagai jenis pistol, serta berbagai jenis amunisi dalam jumlah besar.

Baca juga artikel terkait PENYELUNDUPAN SENJATA atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Hukum
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh