tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai normalisasi kebijakan dilakukan negara-negara maju sehingga berdampak terhadap perlambatan pemulihan ekonomi global. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed telah menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin. Bank sentral diperkirakan masih akan menaikan suku bunga sebanyak tujuh kali.
“Bank Sentral AS sudah mulai naikkan Fed Fund Rate. Maka kemungkinannya Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga Fed Fund Rate 7 kali dihitung dari kenaikan Maret," kata Perry dalam Kuliah Umum: Mendorong Akselarasi Pemulihan Ekonomi dan Menjaga Stabilitas, secara daring, Senin (21/3/2022).
Perry menjelaskan, naiknya suku bunga The Fed telah memicu kenaikan suku bunga global dalam hal ini yield US Treasury Bond. Kenaikan ini juga menyebabkan terbatasnya aliran modal ke negara seiring risiko pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman.
“Ini persulit negara berkembang untuk pulih. Sebab harus antisipasi dampak rambatan global yakni ketidakpastian dan kenaikan suku bunga global terhadap arus modal ke negara berkembang," jelas Perry.
Atas dasar itu, Perry meminta normalisasi kebijakan moneter di negara maju harus terus dikomunikasikan secara baik. Tujuannya agar dampak terhadap global dan negara berkembang dapat dimitigasi.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 berada di kisaran 4,4 persen. Proyeksi ini lebih rendah jika dibandingkan posisi pertumbuhan pada 2021 yang sebesar 5,7 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan yang rendah ini akibat adanya ketidakseimbangan ekonomi dari negara-negara di dunia. Misalnya saja, pada 2021 ekonomi global hanya bertumpu kepada dua negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto