tirto.id - Daulah Umayyah merupakan kekhalifahan yang berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah) selama 661-750 M. Khalifah pertama yang memimpin dinasti ini adalah Muawiyah bin Abu Sufyan atau juga dikenal sebagai Umayyah bin 'Abd as-Syams.
Muawiyah adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad. Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X (2020), Muawiyah menjadi salah satu juru tulis wahyu Al Quran sejak masuk Islam dan dekat dengan Rasulullah SAW.
Berdirinya Daulah Umayyah atau Dinasti Umayyah didahului dengan peristiwa Perang Siffin. Perang tersebut menjadi arena pertarungan kubu Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 setelah wafatnya Nabi Muhammad, melawan kubu Muawiyyah.
Perang Siffin & Berdirinya Daulah Umayyah
Perang Siffin berlangsung selama beberapa hari di bulan Dzulhijjah tahun 36 H. Hal ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan Ali bin Abi Thalib, khususnya terkait pencopotan beberapa gubernur dari masa Usman bin Affan, khalifah sebelum Ali.
Sebelum membentuk Dinasti Umayyah, Muawiyah merupakan Gubernur Syam. Ia termasuk gubernur yang dicopot Ali bin Abi Thalib. Namun, Muawiyah menolak pencopotan itu jika Ali masih belum menghukum para pembunuh Usman.
Ketika terjadi perundingan, sebuah kesepakatan dikeluarkan. Ali bin Abi Thalib sudah tak memegang kekuasaan lagi dan kaum Muslim diberi kebebasan untuk memilih pemimpin yang diinginkan.
Dengan pasukan dan dukungan yang cukup besar, Muawiyah memiliki peluang menjadi pemimpin. Para penduduk Syam akhirnya mengangkat Muawiyah sebagai khalifah dan mengawali terbentuknya Daulah Umayyah.
Kekuasaan Dinasti Umayyah berlangsung selama 90 tahun. Dengan sejumlah penaklukkan dan ekspedisi, wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah meluas ke kawasan timur yang mencakup negeri-negeri Asia Tengah. Sementara itu, ekspansi Umayyah juga menjangkau wilayah Afrika Utara dan Spanyol.
Penyebab Kemunduran Daulah Umayyah di Damaskus & Dampaknya
Kekuasaan Daulah Umayyah berlangsung selama kurang lebih 90 tahun. Dengan masa kekuasaan hampir seabad itu, Daulah Umayyah mencatatkan kemajuan di sejumlah bidang, seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, pembangunan kota, pendidikan, hingga arsitektur.
Sebanyak 14 khalifah tercatat pernah memimpin Dinasti Umayyah. Beberapa khalifah dianggap sukses memimpin setelah era Muawiayah. Sebut saja Abdul Malik bin Marwan (685-705 M) yang mencetak uang dinar pengganti mata uang Byzantium. Kemudian, Walid bin Abdul Malik (705-715 M), penakluk Andalusia dan pengembang seni bercorak Islam.
Setelah berjaya, Dinasti Umayyah mulai mengalami kemunduran. Menurut Philip K. Hitti dalam buku History of the Arabs (2010), faktor yang menjadi penyebab kemunduran Dinasti Umayyah adalah perpecahan antarsuku, konflik internal, dan menguatnya gerakan oposisi.
Selama Dinasti Umayyah berdiri, hanya 4 dari 14 khalifah yang dapat mewariskan kekuasaan kepada anaknya. Keempat khalifah itu adalah Muawiyah I, Yazid I, Marwan I, dan 'Abd al-Malik. Hal ini menunjukkan adanya persoalan terkait suksesi kepemimpinan.
Selama ini, tak ada regulasi yang tegas mengenai peralihan kekuasaan turun-temurun. Prinsip senioritas dan pengakuan masyarakat cenderung lebih familiar di Arab. Ini membuat kekuasaan dinasti mendapatkan tantangan dan rawan memicu konflik.
Di sisi lain, persaingan antar suku yang melibatkan kelompok Arab Mudariyah (Arab Utara) dan Arab Himyariyah (Arab Selatan) terus menguji kekuasaan Dinasti Umayyah. Terlebih, Umayyah hanya condong pada salah satu kubu.
Faktor berikutnya yang menyebabkan kemunduran Umayyah adalah berkembangnya gerakan oposisi. Gerakan ini diwakili oleh kaum Syiah dan Khawarij yang sudah merongrong sejak Daulah Umayyah terbentuk. Kedua kelompok itu kerap tak sejalan dengan Umayyah.
Selain Syiah dan Khawarij, terdapat pula kekuatan lain yang tengah aktif. Keluarga 'Abbas, kelompok para keturunan paman Nabi, mulai muncul dan menuntut kedudukan di pemerintahan. Kemunduran Umayyah menjadi momentum mencuatnya keturunan 'Abbas.
Para keturunan 'Abbas menganggap lebih berhak memegang kekuasaan daripada Bani Umayyah. Pasalnya, mereka mengklaim lebih dekat dengan Nabi karena cabang dari Bani Hasyim. Keturunan 'Abbas juga menyatakan bahwa Umayyah bisa merebut kekuasaan melalui tragedi Perang Siffin.
Kemunduran Daulah Umayyah akhirnya berdampak pada kejatuhan dinasti tersebut. Marwan bin Muhammad (745-750) menjadi khalifah terakhir Daulah Umayyah. Selama pemerintahannya, ia kerap disibukkan dengan pemadaman pemberontakan, terutama dari keturunan 'Abbas.
Menghadapi perlawanan keturunan 'Abbas, Marwan kewalahan. Ia terdesak dan melarikan diri hingga ke Damsyik. Marwan berhasil mencapai Mesir. Namun, ia akhirnya tewas dalam suatu pertempuran dengan orang-orang Abbas di daerah Bani Suweif.
Tewasnya Marwan mengakhiri kekuasaan Daulah Umayyah. Dinasti Abbasiyah akhirnya muncul dan menjadi pemegang kekuasaan berikutnya di sebagian besar wilayah Arab.
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Yulaika Ramadhani