tirto.id - Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) periode Januari-Februari 2019 berjumlah Rp23 triliun dari target keseluruhan Rp140 triliun.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, penyaluran ini tergolong positif seiring dengan peningkatan permintaan kredit sektor produksi di dalam negeri.
"Baru tersalur Rp23 triliun. Dengan turunnya bunga menjadi 7 persen, tadi permintaan luar biasa," ujar dia dalam diskusi 'Terobosan Baru KUR' di Forum Merdeka Barat, Ballroon Hotel Harris, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Kamis (4/4/2019).
Ia menilai, permintaan KUR meningkat seiring bunga rendah dan tidak memberatkan pelaku usaha, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Pemberian KUR merupakan salah satu upaya pemerintah membantu pembiayaan usaha UMKM. Pemberian KUR sendiri dimulai pada 2007 dan masih punya daya tarik tinggi hingga saat ini," jelas dia.
Kebijakan KUR pada 2007, kata dia, menerapkan bunga 24 persen per tahun, sehingga penyalurannya tidak tinggi. berbeda denga saat ini, bunga KUR per tahun 7 persen.
"Demand-nya KUR ini rendah dulunya, berarti harga kesimbangan sebelumnya terlalu tinggi. Itu latar belakang kita menurunkan salah satu bunganya agar orang kecil punya akses pembiayaan kredit," kata dia.
Penerima KUR, kata dia, meluas. Mulai 2019, pemerintah sudah mengalokasikan KUR kepada petani garam yang sebelumnya tidak memiliki akses pembiayaan.
"Dulu itu pertambangan tidak boleh dapat KUR, ternyata petani garam masuk ke list pertambangan. Ini kan ironis, petani garam yang miskin tidak dapat bantuan. Maka dari itu kita ubah yang terpenting kita buat sektornya. Sektornya hanya untuk pelaporan. Semua UMKM sepanjang produktif boleh dapat KUR," ujar dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali