tirto.id - Penurunan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) memicu kenaikan harga minyak pada Kamis (Jumat, pagi WIB, 03/06/2016), setelah dua hari berturut-turut mencatat kerugian. Sementara itu, kesepakatan yang gagal dicapai oleh pertemuan OPEC menyebabkan produksi minyak masih belum terkendali.
Harga minyak sempat turun pascaberakhirnya pertemuan enam bulanan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina, yang tidak menghasilkan kesepakatan apapun terkait pembatasan tingkat produksi di tengah-tengah pasokan global yang besar.
Namun, harga minyak kembali merangkak setelah Departemen Energi AS (DoE) melaporkan persediaan minyak mentah komersial negara itu turun pada pekan lalu sebesar 1,4 juta barel, meskipun angka produksi 535,7 juta barel mereka tetap pada tingkat tertinggi secara historis. DoE juga menyatakan adanya penarikan dalam bensin dan persediaan produk minyak bumi lainnya.
Di New York, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 16 sen menjadi berakhir di 49,17 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan Eropa, maju 32 sen menjadi menetap di 50,04 dolar AS per barel di perdagangan London.
"Penurunan stok (AS) membantu mendukung harga untuk sekarang -- tetapi dinamika penawaran dan permintaan tidak berubah," ujar analis CMC Markets Michael Hewson kepada AFP. "Pertanyaan besarnya adalah berapa banyak lagi kenaikan potensial bisa kita lihat,” imbuhnya.
Sebelumnya, OPEC mempertahankan kebijakan akibat pemulihan moderat harga minyak yang meringankan tekanan untuk membatasi produksi. Arab Saudi sebagai salah satu negara paling berpengaruh di OPEC juga menyatakan bahwa kartel cukup nyaman dengan pasar saat ini.
Menteri perminyakan baru Arab Saudi Khaled al-Falih meyakini bahwa pemulihan harga akan terus berlanjut. "Semua orang sangat puas dengan pasar. Pasar sedang melakukan penyeimbangan kembali seperti yang kita bicarakan," tegasnya.
Pada pertemuan Desember, OPEC mempertahankan target produksi sebesar 30 juta barel per hari, yang dalam berbagai kasus banyak dilanggar oleh para anggotanya. Produksi OPEC saat ini diperkirakan mencapai 32 juta barel per hari, kira-kira sepertiga dari produksi minyak dunia.
Andy Lipow dari Lipow Oil Associates mengatakan, pasar bernafas "lega" setelah Arab Saudi "menunjukkan tidak akan membanjiri pasar dengan jumlah tambahan minyak. " Itu [Komitmen Arab Saudi], dikombinasikan dengan menurunnya persediaan minyak mentah dan produk-produk minyak AS, telah membantu menstabilkan pasar minyak hari ini dan pulih dari kerugian awal," pungkasnya. (ANT)
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra