tirto.id -
Hal ini disampaikan Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi di area peristirahatan (rest area) KM. 57, Karawang, Jawa Barat, Rabu (29/5/2019).
Ia mengatakan puncak penukaran uang oleh masyarakat akan terjadi pada pekan ke empat Ramadan ini. Bank Sentral menyiapkan antisipasi jika kebutuhan uang tunai untuk penukaran tidak mencukupi.
"Namun, biasanya realisasi penukaran tidak sampai 100 persen dari total uang yang disediakan di Ramadan dan Lebaran. Biasanya hanya sekitar 92 persen," ujar Rosmaya.
Dia merinci realisasi penukaran uang terbesar terjadi di Pulau Jawa di luar kantor pusat (KP) BI yang sebesar Rp49,3 triliun. Sedangkan untuk penukaran uang di wilayah kantor pusat terjadi penukaran sebesar Rp34,8 triliun.
Sebagian masyarakat juga lebih banyak tertarik menukarkan uang melalui layanan perbankan dengan total Rp131 triliun. Sedangkan, penukaran melalui kas titipan sebesar Rp17,5 triliun.
Uang pecahan kecil atau uang pecahan bernominal mulai dari Rp20 ribu ke nominal yang lebih rendah menjadi primadona masyarakat.
BI mencatat penukaran uang pecahan kecil (UPK) sudah 99,6 persen atau sebesar Rp19,8 triliun dari proyeksi kebutuhan uang tunai. Sedangkan uang pecahan besar (UPB) atau yang pecahan bernominal Rp20 ribu hingga nominal yang lebih tinggi sebesar 70 persen atau sebesar Rp138 triliun dari proyeksi.
Total ketersediaan uang tunai dari BI sebesar Rp217,1 triliun merupakan proyeksi dari kenaikan 13,5 persen dibanding ketersediaan uang tunai Ramadan-Lebaran pada 2018.
Bank Sentral juga mengimbau masyarakat untuk menukar uang di tempat-tempat penukaran resmi, baik yang diselenggarakan oleh BI, perbankan, maupun pihak lain yang ditunjuk oleh BI.
"Hal ini dimaksudkan agar kenyamanan dan keamanan penukaran uang dapat terjaga," kata Rosmaya.
BI bekerjasama dengan perbankan menyiapkan 2.941 titik penukaran uang pecahan kecil, termasuk di wilayah 3T yakni wilayah terdepan, terluar dan terpencil.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH