Menuju konten utama

Pentingnya Pemulihan Psikologis Guru dan Siswa Korban Gempa Sulteng

Pemulihan kondisi psikologis sangatlah penting bagi para korban sebelum dapat memulai kembali aktivitas pendidikan.

Pentingnya Pemulihan Psikologis Guru dan Siswa Korban Gempa Sulteng
WC darurat di lokasi pengungsi korban gempa tsunami di taman GOR, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp/18

tirto.id - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menekankan pemerintah tidak melupakan pemulihan psikologis guru dan para siswa korban gempa dan tsunami sebelum mereka memulai kembali aktivitas pendidikan.

"Para siswa dan guru yang menjadi korban bencana alam dihadapkan pada situasi yang tidak mudah di mana mereka sangat mungkin mengalami trauma karena bencana atau kehilangan anggota keluarga dan tempat tinggalnya," kata Peneliti CIPS, Pandu Baghaskoro, Jumat (5/10/2018).

Menurut Pandu, pemulihan kondisi psikologis sangatlah penting bagi para korban sebelum dapat memulai kembali aktivitas pendidikan. Tanpa mental yang baik, kegiatan pembelajaran tidak mungkin dapat berjalan dengan optimal.

"Secara bertahap, setelah kondisi psikologis mulai pulih, barulah dapat memulai materi pembelajaran," ujarnya.

Pandu menyarankan pemerintah untuk mengadakan uji psikologis/trauma yang cukup menyeluruh yang terukur, hal tersebut bertujuan untuk mengukur kondisi psikologi para korban sebelum akhirnya menentukan momen yang tepat untuk memulai kembali kegiatan pembelajaran.

Hal tersebut penting, karena trauma bisa menjadi masalah berkepanjangan kalau tidak diatasi.

"Melalui kegiatan-kegiatan pemulihan yang bersifat edukatif dan menghibur, siswa dan para guru bisa dilibatkan. Dengan terlibat dalam kegiatan seperti ini, proses pemulihan pelan-pelan dimulai," ungkap Pandu.

Pandu juga menyoroti pentingnya pembangunan kembali sekolah-sekolah yang rusak, serta endataan sarana dan prasarana pendidikan.

Menurutnya, hal tersebut sangat diperlukan sebagai bagian dari proses pemulihan kondisi psikologi para korban, terutama siswa dan guru, yang memang berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) akan menyiapkan tenaga konseling untuk membantu pemulihan psikologis anak dan perempuan korban gempa bumi dan tsunami Palu, Sulawesi tengah.

"Pendampingan tenaga psikologi untuk korban gempa Palu dalam rangka membantu mengatasi trauma perempuan dan anak," ungkap Menteri PPPA Yohana Yembise di Kampung Wardo, Distrik Biak Barat selepas pelantikan pengurus Srikandi Sungai Indonesia, Selasa (2/10/2018).

Ia mengaku telah mengutus staf kementerian untuk melakukan inventarisasi terhadap kebutuhan korban gempa Palu, Donggala, dan daerah lain di Sulawesi Tengah, khususnya kalangan anak dan perempuan.

Baca juga artikel terkait GEMPA PALU DAN DONGGALA

tirto.id - Pendidikan
Sumber: antara
Penulis: Nuraini Ika
Editor: Dipna Videlia Putsanra