Menuju konten utama

Penjualan Mobil Listrik yang Melaju Kencang

Sejak 2007, pasar mobil listrik perlahan mulai mengikis mobil berbahan bakar fosil meski dalam jumlah terbatas. Pada 2016, lebih dari 700.000 unit mobil listrik terjual di seluruh dunia atau kurang dari 1 persen dari total pasar mobil.

Mobil listrik Nissan Leaf di stasiun isi ulang di Yokohama, Jepang. iStock Editorial/Getty Images

tirto.id - Harganya yang mahal, bergerak lamban, dan tak bisa dibawa untuk perjalanan jauh berbagai citra yang melekat bagi mobil listrik saat kali pertama muncul. Kini, para produsen mobil listrik mencoba membalikkan keadaan. Di beberapa negara maju, penjualan mobil listrik terus meningkat dari tahun ke tahun.

Mobil listrik sudah melewati fase pernah diminati dan kemudian ditinggalkan, lalu mulai diminati lagi. Pada 1837, seorang ahli kimia bernama Robert Davidson membangun mobil listrik seberat tujuh ton. Karya Davidson itu dipamerkan di Royal Scottish Society of Arts Exhibition pada 1941.

Mobil listrik itu mampu mengangkut muatan enam ton dengan kecepatan 6,4 km/jam. Mobil itu mampu menempuh jarak 2,4 km. Ia pernah diuji coba di Edinburgh dan Glasgow Railway, tapi daya dan baterai yang terbatas membuatnya tak bisa digunakan secara umum. Mobil listrik buatan Davidson bukanlah yang pertama.

Ada beberapa nama sebelum Davidson yang berjasa dalam penemuan kendaraan listrik. Ada Anyos Jedlik yang menemukan tipe awal motor listrik pada 1828. Pada 1834, ada Sibrandus Stratingh yang menciptakan mobil listrik skala kecil dengan sel primer yang tak bisa diisi ulang. Di Amerika Serikat, minat pada kendaraan listrik dimulai sejak 1890, ketika William Morrison menciptakan mobil listrik untuk enam penumpang. Mobil itu bisa melaju 22,5 km/jam.

Beberapa tahun berikutnya, kendaraan listrik dari berbagai produsen bermunculan di seluruh Kota New York. Pada 1899, Baker Motor Vehicle Company—perusahaan produsen mobil listrik asal Amerika—mulai menjual mobil listriknya seharga US$850. Salah satunya dibeli oleh Thomas Alfa Edison.

Pada 1900, mobil listrik berada dalam masa kejayaannya. Sekitar sepertiga dari semua kendaraan di jalan-jalan Amerika adalah mobil listrik. Selama sepuluh tahun berikutnya, ia menunjukkan penjualan yang terus naik. Penumpang mobil-mobil listrik ini tak perlu terganggu dengan getaran, bau, suara bising, dan tak usah repot menyediakan air dan minyak tanah untuk mobil uap jarak pendek. Pada 1912 adalah puncak produksi mobil listrik.

Setelah itu, pamor mobil listrik menurun seiring dengan meningkatnya ketertarikan pada mobil berbahan bakar bensin buatan Henry Ford. Ford memperkenalkan mobil berbahan bakar bensin sejak 1908. Pada 1912, harga mobil bensin Model T buatan Ford hanya US$650, sementara mobil listrik Roadster dibanderol US$1.750 saat itu. Pada 1912 itu pula, Charles Kettering menciptakan starter listrik. Jadi, mobil-mobil bensin tak perlu lagi diengkol. Penjualan mobil bensin meningkat.

Hal lain yang menyebabkan turunnya pamor mobil listrik adalah pembangunan jalan raya di Amerika. Menurut Departemen Energi Amerika, pada 1920, negara itu memiliki sistem jalan yang lebih baik dan menghubungkan kota-kota. Hal itu membuat orang-orang Amerika ingin menjelajah. Lalu minyak mentah Texas ditemukan. Bahan bakar minyak menjadi murah dan tersedia hingga ke pedesaan. Pada 1935, kendaraan listrik lenyap, berganti mobil-mobil berbahan bakar bensin.

Pada 35 tahun kemudian, ketika Amerika menghadapi lonjakan harga minyak dan embargo dari Arab Saudi, ide tentang kembali mengembangkan kendaraan listrik dan hibrida kembali muncul. Sejak itu, produsen-produsen mobil mulai mengembangkan mobil listrik.

Namun, baru pada 2000-an lah para produsen kendaraan menaruh perhatian yang serius pada kendaraan listrik. Hal ini dipicu melambungnya harga minyak pada 2000-an serta banyak masyarakat dunia yang sudah sadar akan buruknya dampak emisi gas rumah kaca.

Hingga November 2011, model-model mobil listrik yang tersedia dan dijual di pasaran beberapa negara adalah Tesla Roadster, REVAi, Renault Fluence Z.E., Buddy, Mitsubishi i MiEV, Tazzari Zero, Nissan Leaf, Smart ED, Wheego Whip LiFe, Mia listrik, dan BYD e6.

Pada tahun itu, harga mobil listrik masih jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan mobil berbahan bakar fosil dan hibrida karena harga baterai ion litium yang mahal. Meskipun begitu, saat ini harga baterai mulai turun karena mulai diproduksi dalam jumlah besar. Stasiun pengisian daya bagi mobil listrik di beberapa negara juga kian diperbanyak.

Tesla, salah satu produsen mobil listrik bahkan berencana menaikkan produksinya lima kali lipat dan dua tahun lebih cepat dari target awal. Tadinya, perusahaan milik Elon Musk ini menargetkan produksi 500.000 per tahun mulai 2020. Namun, kuartal pertama tahun lalu, Musk memukau para investor dengan janji akan memajukan target dua tahun lebih cepat, pada 2018.

“Menambah produksi lima kali lipat dalam dua tahun ke depan tentu sangat menentang dan butuh modal lebih besar. Tetapi ini adalah gol kami, dan kami akan kerja keras untuk membuatnya mungkin dicapai,” kata Musk dalam laporannya kepada para investor.

src="//mmc.tirto.id/image/2017/06/12/pertumbuhan-mobil-listrik--mild--fuad-1.jpg" width="860" alt="infografik pertumbuhan mobil listrik" /

Sejak 2007-2016, penjualan mobil listrik terus melaju kencang. Menurut laporan International Energy Agency, pada 2016, jumlah kendaraan listrik di dunia melebihi 2 juta unit. Ada 750 ribu di antaranya adalah mobil yang baru dibeli tahun itu.

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, penjualan pada 2016 itu adalah yang tertinggi sejak 2007. Pada 2010 saja, penjualan mobil listrik hanya sekitar 10 ribu unit. Pada 2012, angkanya melebihi 100 ribu unit. Pada 2014, ia melewati 200 ribu unit dan 2015 mencapai 550 ribu unit.

Peningkatan penjualan ini berdampak pada peningkatan pangsa pasar, dari 0 persen pada 2007 menjadi 1,1 persen pada 2016. Badan Energi Internasional memprediksikan jumlah mobil listrik yang beredar mencapai 9-20 juta unit pada 2020 dan sekitar 40-70 juta unit pada 2025.

Meskipun tumbuh sangat pesat, upaya kendaraan listrik menghentikan mobil bahan bakar fosil masih sangat jauh. Dua juta mobil listrik yang beredar saat ini hanya mewakili 0,2 persen kendaraan ringan yang beredar di dunia. Jika jumlahnya tumbuh menjadi 50 juta unit saja, mobil listrik baru akan mencapai tidak lebih dari 5 persen dari seluruh stok mobil di seluruh dunia. Namun dengan melihat tren pertumbuhan yang konsisten dan cukup besar selama hampir satu dekade terakhir, bukan tidak mungkin mobil listrik tumbuh lebih besar dan merebut kembali masa kejayaan seabad lalu.

Baca juga artikel terkait MOBIL LISTRIK atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Otomotif
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Suhendra
-->