Menuju konten utama

Penjualan Matahari Babak Belur, Anjlok 52,3% Akibat Pandemi

CEO Matahari tidak yakin penjualan bisa normal lagi sebelum tahun 2022.

Penjualan Matahari Babak Belur, Anjlok 52,3% Akibat Pandemi
Pengunjung memilih pakaian yang dijual di Matahari Department Store, Mal Taman Anggrek, Jakarta, Senin (27/11). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mengalami penurunan penjualan kotor hingga 52,3% menjadi Rp8,6 triliun selama tahun 2020. Akibatnya, pendapatan bersih perseroan ikut anjlok 52,9% menjadi Rp4,8 triliun.

Matahari termasuk salah satu peritel yang terkena dampak pandemi cukup parah. Sebanyak 13 gerai dengan format besar dan 12 gerai khusus harus ditutup akibat pandemi. Namun, Matahari tetap membuka tiga gerai format besar baru sehingga per Desember 2020 masih memiliki 147 gerai.

“Sepanjang 2020, Perseroan beroperasi di lingkungan dengan tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi,” jelas perseroan dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia yang dikutip Kamis (18/2/2021).

Pada Maret, atau setelah kasus COVID-19 pertama terkonfirmasi di Indonesia, Matahari harus menutup seluruh gerainya. Sebagian gerai baru dibuka pada Mei 2020. Memasuki September, saat kasus meningkat tajam dan pembatasan kegiatan kembali diberlakukan, Matahari kembali harus kembali membatasi operasionalnya.

Kondisi tersebut membuat penjualan perseroan turun tajam. Tahun 2020, Matahari Dept Store menutup kinerja dengan kerugian sebesar Rp900 miliar. Ini merupakan sebuah pembalikan setelah pada 2019 mencatat laba bersih hingga Rp1,4 triliun.

Kinerja itu diperoleh setelah serangkaian aksi untuk bisa bertahan menghadapi pandemi. Mulai dari menutup gerai, membuka situs jaringan Matahari.com, juga mengurangi beban operasional dengan mengajukan pengurangan biaya sewa kepada pemilik mal. Matahari juga mendapatkan fasilitas bank tambahan sebesar Rp500 miliar, di atas fasilitas sebelumnya sebesar Rp1,7 triliun pada kuartal kedua 2020.

“Kami meyakini bahwa sangat tidak mungkin penjualan akan kembali ke normal sebelum tahun 2022,” kata Niraj Jain, Chief Financial Officer Matahari.

Kinerja Matahari yang terpuruk berimbas ke harga sahamnya yang juga ikut turun tajam. Pada 3 Maret harga saham LPPF masih Rp3.190, selanjutnya anjlok tajam sehingga pada 3 April menjadi Rp1.095. Titik terendah saham LPPF terjadi 6 November 2020, pada harga Rp810. Setelah itu, harga secara perlahan naik dan pada 17 Februari ditutup pada Rp1.270.

Baca juga artikel terkait MATAHARICOM atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Gilang Ramadhan