tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui laman Twitter resminya, menginformasikan gempa yang kembali mengguncang wilayah Pacitan, Jawa Timur, Senin (11/11/2019).
Gempa dengan magnitudo 2,9 ini terjadi pada pukul 07.09 WIB dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa tersebut berlokasi di 8,98 lintang selatan, 110,54 bujur timur dan 108 kilometer.
Info Gempa Mag:2.9 SR, 11-Nov-19 07:09:28 WIB, Lok:8.98 LS,110.54 BT (108 km BaratDaya PACITAN-JATIM), Kedlmn:10 Km ::BMKG-PGR VII https://t.co/4bsmuuHSDq
— BMKG D.I. Yogyakarta (@bmkgjogja) November 11, 2019
Beberapa waktu terakhir gempa di Pacitan, Jawa Timur memang sering terjadi.
Kepala Seksi Observasi Stasiun Geofisika Yogyakarta Budiarta menegaskan bahwa gempa di Pacitan tersebut terjadi karena adanya aktivitas sesar lokal.
Namun sampai saat ini ia memastikan bahwa belum ada yang dapat memprediksi kapan gempa akan terjadi dan berapa besar kekuatannya.
“Adanya aktivitas subduksi dan sesar lokal menyebabkan lokasi tersebut (Pacitan) sering terjadi gempa. Berdasarkan hasil kajian atau modelling atau scenario atau simulasi kejadian terburuk potensi gempa di selatan Pulau Jawa bisa mencapai magnitudo 8.5 perlu dipahami ini bukan prediksi,” ujar Budiarta.
Budiarta juga mengatakan untuk kasus gempa bumi yang terjadi saat ini, seperti gempa di Pacitan masih dalam kondisi wajar, tetapi ia tetap meminta masyarakat untuk selalu tenang dan waspada.
Ia juga mengatakan bahwa gempa di Pacitan tersebut kecil kemungkinannya berdampak pada aktivitas Gunung Merapi.
“Keterkaitan antara gempa tersebut dengan aktifitas Merapi sangat kecil karena lokasi yang cukup jauh dan magnitudo yg relatif kecil,” pungkas Budiarta.
Sebelumnya, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono melalui keterangan tertulisnya mengatakan berdasar hasil analisis gempa yang juga terjadi di Pacitan pada Kamis (7/11/2019) pukul 21.27 WIB lalu memiliki magnitude 3,1.
Episenter gempa itu terletak pada koordinat -8,23 lintang selatan dan 111,13 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 4 kilometer arah tenggara Kota Pacitan dengan kedalaman 11 kilometer.
Menurutnya gempa yang dirasakan di wilayah Pacitan ini merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif.
“Jika melihat lokasi episenternya maka diduga kuat bahwa pembangkit gempa ini adalah Sesar Grindulu. Sesar ini terbentuk pada zaman kwarter yang berorientasi timurlaut-baratdaya,” ujarnya,
Mekanisme sumber gempa ini adalah sesar geser (strike slip) dengan arah timurlaut-baratdaya. Ini sesuai dengan karakteristik Sesar Grindulu yang memang merupakan sesar geser.
Daryono mengatakan gempa dengan pusat di daratan Pacitan menjadi bukti penanda bahwa struktur Sesar Grindulu masih aktif sehingga patut untuk diwaspadai.
“Sayangnya, seluruh jalur sesar ini belum dipetakan secara rinci, sehingga dengan kejadian gempa tadi malam penting tampaknya menjadi momen penting untuk melakukan identifikasi Sesar Grindulu secara lebih komprehensif,” kata Daryono.
Menurutnya saat ini jika perlu ada kajian sejarah kegempaan purba (paleoseismologi) yang terekam dalam lapisan batuan yang berusia ribuan tahun sepanjang Sungai Grindulu sehingga dapat membantu memberikan petunjuk mengungkap periodisitas gempa kuat yang pernah terjadi dipicu struktur sesar ini pada masa lalu.
Ia menambahkan kajian ini memang perlu dilakukan agar jangan sampai terjadi peristiwa seperti Sesar Opak di Yogyakarta yang ternyata aktif kembali memicu peristiwa gempa besar pada 27 Mei 2006.
Selain itu, menurutnya perlu juga adanya upaya mitigasi seperti memahami pentingnya bangunan rumah yang strukturnya kuat dan aman saat terjadi gempa bumi.
Editor: Agung DH