tirto.id - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengatakan, gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5,5 yang melanda wilayah Laut Banda pada Kamis pukul 09.13 WIB disebabkan oleh aktivitas sesar lokal, Kamis (2/4/2020).
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar," kata Rahmat Triyono melansir laman Antara News.
Menurut BMKG, gempa bumi dangkal dengan episenter di laut sekitar 76 km arah barat Kota Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya pada kedalaman 15 km itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Getaran akibat gempa bumi itu dirasakan di Alor, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Leste pada skala II-III MMI, dirasakan nyata dalam rumah.
Menurut BMKG, hingga 09.50 WIB belum ada aktivitas gempa bumi susulan setelah gempa pukul 09.13 WIB.
Rahmat juga mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
Ia menyarankan warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa dan memastikan bangunan tempat tinggal aman tanpa kerusakan yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum masuk kembali ke rumah.
Sementara itu, sebagai informasi, Skala MMI (Skala Mercalli) adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada 1902. Skala MMI lalu dimodifikasi oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann pada 1931.
Skala MMI terbagi menjadi 12 kategori dampak guncangan gempa bumi. Petunjuk soal dampak gempa yang dimaksudkan pada setiap kategori skala MMI adalah sebagai berikut:
Skala I MMI: Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang
Skala II MMI: Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Skala III MMI: Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Skala IV MMI: Getaran dirasakan banyak orang di dalam rumah, di luar rumah oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
Skala V MMI: Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
Skala VI MMI: Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik bisa rusak, kerusakan ringan.
Skala VII MMI: Setiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur. Cerobong asap pecah. Getaran dirasakan oleh orang yang naik kendaraan.
Skala VIII MMI: Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen bisa roboh. Air menjadi keruh.
Skala IX MMI: Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
Skala X MMI: Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah pun terbelah, rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.
Skala XI MMI: Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
Skala XII MMI: Hancur sama sekali, Gelombang tampak di permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH