Menuju konten utama

Penjelasan Ahli Parasitologi Soal Cacing Anisakis di Makarel Kaleng

Apa penyebabnya hingga cacing Anisakis sp bisa pindah habitat ke ikan-ikan tropis seperti ikan makarel?

Penjelasan Ahli Parasitologi Soal Cacing Anisakis di Makarel Kaleng
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan razia ikan kaleng mengandung cacing di salah satu pusat perbelanjaan, di Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (29/3/2018). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani.

tirto.id - Cacing Anisakis sp yang ada di ikan makarel kaleng ternyata awalnya memiliki habitat di ikan-ikan subtropics seperti ikan salmon, cod dan hering. Lalu apa penyebabnya hingga cacing ini bisa pindah habitat ke ikan-ikan tropis seperti ikan makarel?

“Cacing Anisakis sp ini termasuk golongan Nematoda yang hidup dalam tubuh ikan air laut, sedangkan di Indonesia cacing ini punya habitat hidup di ikan kakap, kerapu, kembung, kuwe dan berbagai macam jenis ikan karnivora lainnya,” jelas dosen parasitologi Universitas Gadjah Nada (UGM) Wisnu Nurcahyo kepada Tirto, Sabtu (31/3/2018).

Menurut Wisnu, prevalensi cacing Anisakis dalam tubuh ikan sangat bervariasi, tergantung pada musim.

“Akibat pengaruh perubahan iklim global, diduga ikan-ikan yang hidup di belahan negara subtropis kemudian menular pada ikan-ikan dari daerah tropis,” jelasnya.

Pada tubuh ikan, dikatakan Wisnu, cacing Anisakis menempati lokasi yang bervariasi seperti dalam otot dan organ-organ dalam. “Bila manusia makan ikan sarden atau makarel yang didalamnya terdapat cacing Anisakis, secara langsung tidak berakibat apa-apa, karena ikan sudah dimasak dengan pemanasan suhu tinggi,” paparnya.

Dalam kondisi dipanaskan dalam suhu tinggi, menurut Wisnu, tentu cacing Anisakis sudah mati akibat proses memasak tersebut. “Jadi kalau ikan salmon hanya dimasak cepat seperti ditempel di wajan, hotplate, bila proses setengah matang, bisa jadi cacing tersebut masih tetap aktif.

Dijelaskan Wisnu, telur cacing tetap hidup dan bila dikonsumsi akan menimbulkan infeksi akibat larva yang menetas dari telur Anisakis masuk menembus usus.

Di Indonesia, cacing Anisakis banyak dijumpai pada hampir semua ikan-ikan air laut terutama ikan jenis karnivora dengan lokasi berbeda-beda, mulai dari otot, organ dalam, usus dan sebagainya.

Wisnu menjelaskan temuan cacing pada ikan air laut sebetulnya sudah lama. Temuan Anisakis pada satu kontainer ikan dalam kaleng ditemukan pada tahun 2000.

“Berbagai penelitian yang dilakukan sejak saat itu menunjukkan bahwa prevalensi Anisakis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Namun saat itu medsos belum seramai sekarang,” jelas Wisnu.

Ia menegaskan kasus ikan makarel kaleng bercacing ini seharusnya tidak menjadikan masyarakat takut mengkonsumsi ikan laut. “Makan ikan laut tidak berbahaya, asal dengan proses pemasakan yang benar sehingga cacing dipastikan sudah mati,” tambahnya.

BPOM telah merilis temuan 27 produk ikan kemasan kaleng jenis makerel yang mengandung cacing dan 16 di antaranya berasal dari produk jadi ikan makarel kemasan kaleng dari Cina. Produk ikan makarel kaleng tersebut mengandung cacing parasit jenis Anisakis sp.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo mengatakan pihaknya kini sedang mempelajari penyebab keberadaan cacing-cacing mati pada produk jadi ikan makarel kemasan kaleng dan bahan baku ikan makarel yang sama-sama dari Cina.

Dari 27 merek produk ikan makarel kaleng, 11 produk di antaranya merupakan produk dalam negeri. Sementara untuk produk lokalnya pun, menurut Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan bahan bakunya dari luar negeri. Bahan baku impor itu kemudian diolah di Indonesia.

Baca juga artikel terkait BPOM atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri