Menuju konten utama

Pengertian Sinar Gama dan Manfaatnya dalam Dunia Medis

Sinar gama merupakan istilah untuk radiasi elektromagnetik energi tinggi yang banyak dimanfaatkan dalam dunia medis.

Pengertian Sinar Gama dan Manfaatnya dalam Dunia Medis
Ilustrasi hasil scan MRI dari bagian-bagian otak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Energi dari sinar radiasi saat ini telah dikembangkan untuk berbagai kebutuhan, termasuk dalam dunia medis. Salah satu produk energi radiasi tersebut adalah sinar gama.

Sinar gama merupakan istilah untuk radiasi elektromagnetik dengan energi tinggi yang diproduksi melalui transisi energi karena percepatan elektron. Sinar gama masih satu jenis dengan sinar X, yang membedakan antara keduanya adalah kandungan energinya, di mana sinar gama merupakan sinar radiasi dengan kandungan energi paling tinggi.

Umumnya, sinar gama bisa diperoleh melalui sumber alami, semisal gas radon yang berada di luar angkasa. Sinar radiasi tersebut bisa mencapai bumi, tetapi dalam ukuran kecil.

Seperti dijelaskan dalam laman resmi BRIN, zat radioaktif dalam ukuran kecil yang ada di alam tidak berbahaya bagi manusia. Oleh karenanya, sampai jumlah tertentu, zat radioaktif dapat dimanfaatkan tanpa membahayakan tubuh.

“Secara alamiah setiap manusia mendapatkan paparan radiasi alam pada kisaran 2 milisievert per tahun,” terang Heru Prasetio, Kepala Bidang Keselamatan Kerja dan Dosimetri, Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Selain bisa didapatkan langsung dari alam, radiasi sinar gama juga dapat diproduksi secara artifisial oleh manusia. Sinar gama dibuat dengan mesin khusus dan memanfaatkan bahan mentah radioaktif, seperti radium, polonium, iridium, dan kobalt.

Manfaat Sinar Gama dalam Dunia Medis

Nazly Hilmy dalam penelitiannya bertajuk Manfaat Radiasi dalam Industri, Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, menjelaskan bahwa pemanfaatan sinar gama dalam bidang kesehatan mengandalkan sifat sinar gama itu sendiri.

"Sifat radiasi sinar gamma dan berkas elektron dapat mengeliminasi (menghilangkan atau membunuh) mikroba patogen, parasit dan virus, menguraikan senyawa organik beracun, menghilangkan bau busuk sehingga dapat mengubah limbah menjadi senyawa yang berguna untuk menyelamatkan Iingkungan dan memperbaiki kesehatan maasyarakat."

Sementara itu, dalam Buku Kumpulan Materi Fisika karangan Indri Dayana, disebutkan contoh pemanfaatan sinar gama dalam dunia medis, di antaranya sebagai berikut:

Terapi Kanker

Sinar gama sering dijadikan alternatif dalam pengobatan kanker karena paparan sinarnya dapat merusak DNA sel kanker, sehingga pertumbuhan dan penyebaran sel akan terhambat.

Namun, penggunaan sinar gama dalam terapi kanker harus dilakukan secara hati-hati. Pasalnya, paparan sinar gama dapat ikut merusak sel tubuh lain jika tak diarahkan secara tepat pada DNA sel kanker.

Sterilisasi Peralatan Rumah Sakit

Dibanding dengan metode lain, sterilisasi alat medis dengan sinar gama jauh lebih efektif. Sinar gama dapat membunuh segala jenis bakteri, parasit dan virus.

Kendati demikian, tidak semua alat medis dapat disterilkan dengan sinar radioaktif ini. Sebagai contoh, peralatan kesehatan berbahan polimer akan rusak apabila terpapar sinar gama.

Bedah Otak dan Saraf

Di zaman kiwari, sinar gama jadi alternatif baru sebagai prosedur bedah otak dan saraf yang dikenal dengan metode pembedahan pisau gama.

Kendati ada kata bedah, penggunaan sinar gama dalam bedah otak dan saraf tidak perlu sayatan sama sekali. Sinar gama diarahkan pada area tumor atau sel kanker di otak untuk mematikan jaringan DNA-nya.

Pembuatan Vaksin

Pemanfaatan sinar gama sebagai salah satu opsi untuk pembuatan vaksin dijelaskan oleh Mukh Syaifudin, peneliti Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional

(BATAN).

"Bahan vaksin dalam kemasan tertutup rapat pun dapat langsung diradiasi (denngan sinar gama). Radiasi ini pun tidak merusak komponen imun vital di permukaan dari mikroorganisme sehingga masih bisa memicu respon imun atau kekebalan tubuh," terang Syaifudin seperti yang dikutip dari Antara.

"Ketika virus yang lemah dan tidak mampu bereplikasi atau memperbanyak diri serta tidak menimbulkan infeksi ini diberikan, akan memicu respon kekebalan tubuh dengan membentuk antibodi untuk menghadapi virus tersebut," lanjut dia.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Rofi Ali Majid

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Rofi Ali Majid
Penulis: Rofi Ali Majid
Editor: Yonada Nancy