Menuju konten utama

Pengajaran Apersepsi, Tujuan, dan Penerapan di Kurikulum Merdeka

Pengajaran apersepsi menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran Kurikulum Merdeka. Lalu, apa itu apersepsi? Berikut penjelasannya.

Pengajaran Apersepsi, Tujuan, dan Penerapan di Kurikulum Merdeka
Pekerja Pertamina mengajar secara sukarela pada program "Pertamina Energi Negeri 6.0 2023" di SD Negeri 197 Palembang, Sumatera Selatan, Senin (6/11/2023). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.

tirto.id - Pengajaran apersepsi menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran Kurikulum Merdeka. Tenaga pendidik pun wajib mengetahui dan menerapkan apersepsi untuk membantu siswa memahami setiap materi pelajaran. Lalu, apa itu apersepsi?

Dalam setiap proses pembelajaran, guru tentunya akan sering menyampaikan sebuah materi baru kepada siswa untuk menambah pengetahuannya. Di sinilah peran apersepsi diperlukan agar siswa lebih siap menerima materi baru yang akan diajarkan.

Apersepsi berperan sebagai pembuka atau pintu masuk sebelum mempelajari inti pelajaran. Apersepsi dapat membantu siswa lebih fokus sekaligus memancing minat belajar siswa terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

Apa Itu Apersepsi dalam Pembelajaran?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) apersepsi adalah penghayatan atau pengamatan secara sadar tentang segala sesuatu dalam dirinya sendiri yang menjadi dasar perbandingan maupun landasan untuk menerima ide yang baru.

Dalam konteks pendidikan, apersepsi dapat diartikan sebagai kegiatan awal pada proses pembelajaran untuk menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa.

Apersepsi dalam pembelajaran bisa dibilang sebagai tahap awal atau pengenalan. Di tahap ini, guru dapat memberikan stimulasi yang dapat menarik minat siswa terhadap materi pelajaran yang akan diberikan, misalnya dengan cara meminta siswa bercerita atau memberikan pertanyaan pemantik.

Sebagai contoh, guru akan mengajarkan materi tentang gerak dan gaya suatu benda. Guru dapat bercerita tentang pengalamannya menonton sepak bola sambil memotivasi siswa untuk ikut bercerita.

Guru kemudian memberikan teka-teki atau pertanyaan seperti “kenapa bola menggelinding ketika ditendang?” atau pertanyaan lainnya. Hal ini akan memancing rasa penasaran dan minta siswa untuk mencari tahu jawabannya sehingga tertarik mempelajari materi dari gurunya.

Tujuan Apersepsi

Apersepsi menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah Adapun tujuan apersepsi antara lain:

1. Mengetahui kesiapan belajar pada siswa

Apersepsi akan membantu guru mengetahui kesiapan peserta didiknya. Kesiapan ini dapat dilihat dari respon siswa saat guru melakukan kegiatan apersepsi.

Jika respon siswa negatif, misalnya terlihat tidak tertarik atau lupa dengan materi pelajaran sebelumnya, tentunya proses pembelajaran pada inti materi baru tidak bisa langsung dilakukan karena hal itu akan membuat proses pengajaran jadi sia-sia.

2. Membantu siswa lebih rileks

Bagi sebagian siswa, belajar kerap dianggap sebagai kegiatan yang berat atau bahkan menakutkan. Apersepsi dilakukan untuk membuat siswa lebih rileks dan senang. Apersepsi dapat membuat siswa dalam kondisi alfa, yaitu kondisi yang paling baik bagi seorang anak untuk belajar.

3. Menumbuhkan minat belajar siswa

Apersepsi juga bertujuan menumbuhkan minat siswa terhadap materi yang akan diajarkan oleh guru. Ketika siswa tertarik dan antusias mengikuti pelajaran, maka siswa juga akan aktif dalam proses pembelajaran dan lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru.

4. Membuat siswa lebih fokus/konsentrasi pada pelajaran

Konsentrasi dibutuhkan oleh siswa agar bisa memahami pelajaran dengan baik. Apersepsi sendiri dapat membantu siswa untuk lebih fokus pada proses belajar di kelas dengan merangsang proses berpikirnya.

5. Membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran

Saat melakukan apersepsi, guru harus sebisa mungkin melibatkan seluruh siswa. Siswa pun merasa dilibatkan dan diakui sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Hal ini akan memicu siswa untuk terus terlibat aktif dalam pembelajaran.

6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

Siswa membutuhkan suasana belajar yang santai, rileks, dan tanpa tekanan. Apersepsi memungkinkan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa untuk menunjang proses belajarnya.

7. Memudahkan siswa memahami materi

Apersepsi dapat menumbuhkan minat belajar, membuat siswa fokus, hingga menciptakan lingkungan belajar yang memadai. Semua hal ini tentunya akan membuat siswa lebih mudah memahami materi sehingga lebih mudah pula mencapai capaian pembelajaran yang ditargetkan.

Keterampilan yang Diperlukan

Keterampilan guru sangat dibutuhkan dalam kegiatan apersepsi. Berikut beberapa keterampilan untuk menerapkan apersepsi dalam proses pembelajaran:

1. Membuka pelajaran

Hal ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa di awal pembelajaran. Guru harus mampu memberikan kesan awal yang positif untuk menarik minat siswa dalam proses belajar.

2. Memotivasi dan melibatkan siswa

Keterampilan lainnya adalah kemampuan untuk memotivasi siswa agar mau mempelajari materi yang disampaikan. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah diskusi atau tanya jawab. Metode ini tidak hanya mendorong siswa untuk berpikir, tapi juga melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

3. Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan adalah salah satu hal penting yang bisa merangsang siswa untuk berpikir. Dalam apersepsi, guru harus memiliki keterampilan dalam membuat pertanyaan yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana pemahaman siswa sekaligus untuk memancing atau memantik rasa keingintahuan siswa.

4. Menanggapi siswa

Guru dituntut memiliki kemampuan yang baik dalam hal menanggapi siswa, apa pun responnya terhadap pelajaran. Misalnya ada siswa yang cuek, tidak peduli, atau malas mendengarkan, maka guru yang bijak harus mampu mengambil keputusan untuk mengatasinya.

5. Menggunakan bahasa tubuh (isyarat nonverbal)

Isyarat nonverbal dapat berupa gerakan tubuh atau mimik muka. Isyarat nonverbal ini dapat digunakan oleh guru untuk memperjelas maksud dari apa yang ia jelaskan sehingga siswa lebih memahaminya.

6. Ketepatan menggunakan waktu

Setiap pelajaran memiliki alokasi waktu tersendiri. Seorang guru harus memiliki keterampilan dalam membagi dan memanfaatkan waktu yang diberikan. Misalnya, menentukan durasi waktu apersepsi yang cukup agar tidak mengganggu alokasi waktu pelajaran inti.

7. Menutup pelajaran

Akhir dari suatu proses belajar di kelas sebenarnya adalah terminal untuk lanjut ke proses belajar di jam pelajaran atau hari berikutnya. Oleh karena itu, layaknya saat membuka pelajaran, guru pun harus memberikan kesan yang baik di akhir saat menutup proses belajar.

Contoh Penerapan Apersepsi dalam Pembelajaran

Berikut beberapa contoh apersepsi dalam pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru:

1. Musik dan lagu

Kegiatan apersepsi dengan bernyanyi umum dilakukan di jenjang PAUD atau TK. Kegiatan ini dapat membuat siswa merasa rileks sekaligus menciptakan suasana yang menyenangkan.

Kegiatan yang melibatkan musik juga bisa diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SD hingga pendidikan menengah. Tentunya musik atau lagu yang digunakan harus berkaitan dengan materi pembelajaran.

2. Penayangan video

Menayangkan video yang berkaitan dengan materi pelajaran dapat menarik perhatian siswa dan menumbuhkan minat belajarnya. Misalnya menyangkut materi kebersihan lingkungan, guru dapat memutar video tentang daerah kumuh atau bencana banjir yang disebabkan oleh pembuangan sampah sembarangan.

3. Kuis atau tanya jawab

Apersepsi sering diisi dengan pertanyaan untuk menyulut rasa ingin tahu dalam diri siswa. Kegiatan seperti ini juga memicu siswa untuk terlibat lebih aktif dalam pembelajaran.

4. Menggambar

Kegiatan menggambar juga dapat diterapkan dalam apersepsi pembelajaran. Sebagai contoh, guru matematika mengajak siswa menggambar berbagai macam benda di sekitarnya, misalnya meja, kursi, pintu, jendela, papan tulis, dan sebagainya. Lalu, guru mengaitkan gambar benda-benda tersebut dengan bidang datar.

5. Permainan

Permainan apersepsi sederhana bisa membantu meningkatkan konsentrasi siswa. Misalnya, saat guru menyebutkan kata ‘apel’, siswa harus tepuk tangan, tapi jika menyebutkan kata ‘jeruk’, maka siswa harus mengangkat tangan.

Permainan ini dapat dilakukan dalam waktu singkat. Selain membuat siswa lebih fokus, siswa juga akan lebih rileks dan suasana belajar pun akan terasa lebih menyenangkan.

Baca juga artikel terkait KURIKULUM MERDEKA atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani