tirto.id - Realiasi penerimaan perpajakan sepanjang Januari 2020 baru mencapai senilai Rp84,7 triliun setara 4,5 persen dari target APBN. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan penerimaan pajak tumbuh negatif 6 persen dibandingkan Januari tahun lalu.
Pertumbuhan PPh Migas mengalami pertumbuhan negatif 53,3 persen year on year (yoy). Hingga akhir Januari lalu, PPh Migas baru terkumpul Rp2,9 triliun atau setara 5,1 persen dari target APBN.
“PPh migas kontraksi 53,3 persen atau kita mengumpulkan Rp2,9 triliun. Penurunan karena kurs kita juga. Migas kontraksi 7,4% atau 5,3% dari target tahun ini,” ucap Sri Mulyani dalam paparan di kantornya, Rabu (19/2/2020).
Pajak Non Migas juga mengalami kontraksi 3,2 persen dan baru berhasil terkumpul Rp77,3 triliun atau setara 4,9 persen dari PDB.
Penyumbang terbesarnya adalah PPh Non Migas yang berada di kisaran Rp46,2 triliun setara 5,3 persen APBN. Meski demikian pertumbuhannya minus 7,4 persen dari capaian tahun 2019.
Selain itu penerimaan dari kepabeanan dan cukai masih tumbuh 13,6 persen dengan realisasi Rp4,4 triliun atau 2 persen dari target APBN.
Penerimaan cukai tercatat tumbuh paling besar di kisaran 213 persen dengan realisasi Rp1,5 triliun setara 0,8 persen dari target.
Penerimaan bea masuk mengalami kontraksi 9 persen dengan realisasi Rp2,8 triliun atau setara 7 persen target APBN.
Sementara itu bea keluar mengalami minus sangat dalam di kisaran 68,9 persen dengan kisaran realisasi Rp0,1 triliun atau 4 persen dari target APBN.
Ada pun Penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) masih tumbuh 2,3 persen dari tahun 2019 yakni Rp19 triliun atau 5,2 persen dari target.
Penyumbang PNBP terbesar di awal tahun ini berasal dari sektor sumber daya alam dengan realisasi Rp9,7 triliun atau 6,1 persen dari APBN. “PNBP tumbuh 2,3 persen, sehingga total masih dalam kontraksi 4,6 persen,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana