Menuju konten utama

Penembakan di Papua, Satu Polisi yang Angkut Surat Suara Tewas

"Satu sudah ketemu kondisi gugur,” kata Tito.

Penembakan di Papua, Satu Polisi yang Angkut Surat Suara Tewas
Ilustrasi penembakan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Korban penembakan pada kapal pengangkut logistik pemilu di Papua pada hari Rabu (27/6/2018) bertambah satu orang. Setelah kepala distrik di daerah Torere, Puncak Jaya, meninggal dunia, kali ini seorang polisi juga meninggal dunia.

Hal ini disampaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Senin (2/7/2018).

Dalam peristiwa penembakan tersebut, dua polisi dan salah satu pendeta yang ikut dalam kapal tersebut melompat ke dalam sungai untuk menyelamatkan diri. Tito mengatakan, pendeta dan satu polisi lainnya masih hilang.

“Satu sudah ketemu kondisi gugur,” kata Tito. “Kepada satu lagi yang belum ketemu, mudah-mudahan selamat. Kami doakan juga pendeta yang melompat mudah-mudahan selamat.”

Tito meralat pernyataan beberapa anak buahnya bahwa dua kapal yang diberondong tembakan oleh kelompok tak dikenal itu mengangkut sembilan anggota polisi.

Menurut mantan Kapolda Papua tersebut, satu kapal di depan mengangkut kepala distrik, pendeta, dan dua anggota polisi, sedang kapal di belakang hanya mengangkut logistik dan tiga anggota polisi.

“Perahu satu lagi sempat merapat ke seberang untuk melakukan perlawanan. Tapi ini hutan belantara yang kami tidak tahu dari arah mana tembakannya,” tegas Tito lagi.

Hingga sekarang, pelaku kejadian itu masih belum ditemukan. Jenazah anggota yang meninggal dunia tersebut ditemukan di sungai Memberamo, Papua.

Menurut Tito, lokasinya cukup jauh dari tempat penembakan. Ia memberikan kenaikan pangkat luar biasa kepada anggotanya yang meninggal beberapa hari sebelum hari ulang tahun Polri ke-72 tersebut.

“Saya berikan kenaikan pangkat luar biasa kepada yang bersangkutan termasuk kepada satu lagi,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait PILGUB PAPUA 2018 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yantina Debora