tirto.id - "Terima kasih" merupakan ungkapan sederhana yang bermakna besar. Penelitian mengungkapkan, kalimat sederhana itu punya dampak positif terhadap lingkungan sosial. Penelitian berjudul More gratitude, less materialism: The mediating role of life satisfaction menunjukkan kepuasan hidup tumbuh atau berhubungan dengan rasa syukur dan materialisme.
Rasa syukur itu salah satunya adalah dengan ucapan "terima kasih". Nathaniel M. Lambert, penulis penelitian tersebut menyimpulkan rasa terima kasih yang diinduksi secara eksperimental menghasilkan kepuasan yang lebih tinggi dalam kehidupan.
Orang-orang yang penuh rasa syukur menganggap materialisme tidak begitu penting dibanding hubungan dengan sesama. Penelitian ini menggunakan dua kategori menguji, yaitu kepuasan dalam kehidupan orang-orang sebagai mekanisme potensial, dan mengeksplorasi arah sebab akibat antara materialisme dan rasa syukur melalui sarana eksperimental.
Ilmuwan menunjukkan, orang yang banyak bersyukur umumnya mendapatkan dorongan psikologis yang positif. Mereka juga memiliki kepuasan hidup yang lebih besar, jarang ke dokter dan tidur yang lebih nyenyak.
“Ini telah menyebabkan rasa syukur menjadi bagian dari budaya kita yang menginspirasi berkembangnya jurnal-jurnal rasa syukur, dan praktik meditasi di mana kita lebih fokus berpikir. Ini juga menyebabkan minat baru pada ilmu saraf dan ‘psikologi syukur’,” tulis Susana Martinez-Conde seperti dikutip New Scientist.
Penelitian dari Dacher Keltner menjelaskan, ungkapan terima kasih bahkan pada sentuhan singkat pada lengan seseorang memicu aktivasi di bagian otak penerima yang mampu menenangkan stres.
“Individu yang mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang lain dalam suatu kelompok maka akan ada ikatan yang kuat dalam kelompok. Seseorang yang mengucapkan terima kasih kepada pasangannya dalam percakapan santai lebih dari tiga kali lebih kecil kemungkinannya untuk putus enam bulan kemudian,” tulis Keltner seperti dikutip The Guardian.
Tindakan untuk mengucapkan terima kasih bisa dipraktikan pada bidang kehidupan mana pun. Dalam melakukan kerja kelompok dengan kelompok sukarela misalnya, ungkapan terima kasih atas pekerjaan yang telah selesai membuat peserta menjadi dua kali lebih mungkin untuk menjadi sukarelawan lagi.
Artinya begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari ungkapan sederhanan ini. “Dalam kehidupan sosial kita yang penuh paradoks, seperti terkadang kita merasa cemas, sombong, dan iri hati, solusinya dapat ditemukan dalam ungkapan terima kasih yang sederhana,” ujar Keltner.
Adam Smith pernah mengatakan, rasa terima kasih dan perasaan hormat terhadap apa yang diberikan orang lain kepada kita adalah perekat bagi komunitas yang sehat. Hal ini menunjukkan ungkapan terima kasih, mungkin menjadi sumber kekuatan paling penting.
Editor: Dipna Videlia Putsanra