tirto.id - Kebergantugan pemerintah dengan cukai rokok dalam mendukung perekonomian dinilai mengkhawatirkan.
Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia (UI), Abdillah Ahsan mengatakan, saat pemerintah mendulang pundi-pundi uang negara dari cukai rokok, justru kesehatan masyarakat turut dikorbankan.
"Kita bisa dapat cukai rokok triliunan, tapi meningkatkan penerimaan negara dengan cukai rokok itu tidak etis. Ekonomi Indonesia tidak boleh diserahkan ke industri yang merusak kesehatan," ucap Abdillah dalam diskusi bertajuk 'Menuju Debat III: Menakar Visi Kesehatan' di D’ Consulate, Jakarta, Sabtu (9/3/2019).
Abdillah juga mengatakan kehadiran cukai rokok sebagai sarana kontrol konsumsi sebaiknya tidak disalahartikan. Ia menyebutkan suatu barang diberi cukai untuk mengurangi konsumsi secara bertahap.
Selama ini, kata dia, ada persepsi keliru saat pejabat negara melihat cukai rokok terus meningkat dari waktu ke waktu.
Sebab hal itu terjadi dengan konsekuensi konsumsi yang tidak kunjung menurun, sehingga dipastikan risiko kesehatan terus mengancam.
"Demi pertumbuhan industri tidak boleh mengorbankan kesehatan masyarakat. Masa kita menaikan konsumsi agar cukai naik," ucap Abdillah.
Selain itu, Abdillah juga menyoroti adanya temuan riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang menunjukkan dari tahun ke tahun penyakit di Indonesia bertambah.
Di antaranya peningkatan stroke sebanyak 56 persen pada 2013. Hal yang sama juga terjadi bagi gejala hipertensi dan obesitas hingga kanker dan asma.
Abdillah juga mengklaim peningkatan penyakit terdapat relevansi dengan peningkatan konsumsi rokok.
Pada saat negara di dunia mengalami penurunan konsumsi rokok, lanjut dia, Indonesia justru memiliki angka konsumsi rokok yang relatif stabil bahkan kini merambah ke anak-anak dan perempuan.
Ia menyebutkan ketika ekonomi tumbuh, seharusnya kesehatan masyarakat juga ikut mengalami hal yang sama. Namun, sebaliknya malah penyakit yang semakin bertumbuh.
“Kami liat ini kekalahan pemerintah sekaligus keberhasilan industri rokok,” ucap Abdillah.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali