tirto.id - Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Maritim dan Investasi Safri Burhanuddin menyatakan target swasembada garam industri yang semula dicanangkan pada 2022 akan molor. Safri menjelaskan target itu tak tercapai karena adanya lonjakan industri baru yang membutuhkan bahan baku garam dalam kurun 5 tahun terakhir sehingga membuat proyeksi pemerintah bergeser.
Sementara bagi garam konsumsi dipastikan tetap dapat dipenuhi dari dalam negeri. Safri bahkan berani menyebut Indonesia mampu mencapai swasembada garam konsumsi.
“Ada kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Saya ingin sampaikan, kalau kita berbicara garam industri kita tidak bisa katakan swasembada. Sangat fluktuatif. Ketika kebutuhan raw material meningkat, kita enggak bisa penuhi alami. Enggak bisa semua diubah jadi lahan garam,” ucap Safri dalam diskusi virtual, Rabu (10/3/2021).
Safri mengklaim informasi lonjakan industri baru berbahan baku garam itu ia peroleh dari Kementerian Perindustrian. Hasilnya kebutuhan garam saat ini naik hingga lebih dari 3 juta ton per tahun, padahal sebelumnya ada di kisaran 2 juta ton.
Menurutnya molornya target swasembada ini juga wajar karena kapasitas Indonesia untuk meningkatkan produksi garam terbatas. Ia mencontohkan Australia dan India yang mampu memproduksi 300-400 ton per hektare (Ha), sedangkan Indonesia hanya maksimum 200 ton per Ha.
Dari sisi musim, kata dia, negara-negara itu juga lebih unggul. Misalnya musim panas yang lebih panjang dan kelembaban yang lebih mendukung.
“Tolong bedakan lahan kita dengan India dan Australia,” ucap Safri.
Di sisi lain, satu-satunya solusi peningkatan produksi yang bisa ditempuh tidak jauh-jauh dari intensifikasi yang berarti mendongkrak produksi dari jumlah lahan yang sudah ada. Beda halnya dengan ekstensifikasi atau menambah lahan yang tidak bisa dilakukan karena pemerintah tengah berfokus menanam mangrove.
Walhasil, sisa kebutuhan garam industri itu menurutnya harus dipenuhi dari impor. Sebab produksi garam Indonesia per 2021 saja diperkirakan hanya 2,1 juta ton jauh di bawah kebutuhan yang diperkirakan mencapai 4 juta ton. Meski demikian, ia memastikan akan berupaya mencegah terjadinya kebocoran garam impor ke konsumsi.
“Impor garam hanya boleh user. Pabrik yang butuh boleh impor, tidak boleh trading. Hanya raw material,” ucap Safri.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz