Menuju konten utama

Pemerintah Indonesia-AS akan Naikkan Nilai Perdagangan $50 Miliar

"Jadi, saya propose kita tingkatkan up to 50 miliar dolar AS, dan untuk itu mari kita buat roadmap," ujar Enggar.

Pemerintah Indonesia-AS akan Naikkan Nilai Perdagangan $50 Miliar
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Selasa (22/5/2018). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga.

tirto.id -

Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita ajak Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS), Wilbur Ross membuat roadmap perdagangan untuk meningkatkan nilai perdagangan Indonesia-AS menjadi 50 miliar dolar AS. Saat ini, keduanya sepakat nilai perdagangan Indonesia-AS terlalu rendah, yaitu 28 miliar dolar AS.

"Jadi, saya propose kita tingkatkan up to 50 miliar dolar AS, dan untuk itu mari kita buat roadmap," ujar Enggar di Kementerian Perdagangan Jakarta pada Senin (7/8/2018).

Dialog ini hasil dari pertemuan Mendag RI dengan Mendag AS dalam agenda kunjungan Mendag RI ke kantor United States Trade Representative (USTR), di Washington DC, pada 23–27 Juli 2018, untuk membahas mengenai fasilitas generalised system preference (GSP).

Enggar melanjutkan bahwa pihak Kemendag telah menemui Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) untuk dapat turut andil dalam penyusunan roadmap dengan Kementerian Perdagangan AS. Namun ia tidak merinci detil roadmap tersebut.

"Dia [pemerintah AS] tanyakan soal GSP dan saya katakan 'I need your support'. Jadi cara negosiasi kita tidak meminta (GSP), tapi menjelaskan dan melakukan transaksi," ujar Enggar.

Kemudian, Enggar mengungkapkan beberapa poin pembahasannya adalah meminta pemerintah AS membuka pasar produk tekstil Indonesia lebih luas di AS. Pangsa pasar produk tekstil Indonesia di AS saat ini, disebutkannya, hanya 4,5 persen.

Padahal, bahan baku katun untuk produk tersebut tidak sedikit diimpor dari AS. Namun, pangsa pasar Cina di AS lebih tinggi dari Indonesia, mencapai 26 persen.

"Kita akan absorb cotton mereka karena memang kita impor dari sana. Nah, dengan peningkatan tarif antara kedua negara itu, kita minta market ekspor kita diprioritaskan karena harga pasti lebih murah. Pengusaha sana pun mengakui kualitas kita tidak kalah," ucap Enggar.

Dalam lobi soal pertekstilan ini, melibatkan juga para pelaku usaha dari Indonesia melalui Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), dari AS ada juga asosiasi katun dan tekstil AS.

"Dalam bisnis forum kita sampaikan sikap-sikap Indonesia. Kedatangan kami ke AS untuk menyerap berbagai produk yang mereka alami kesulitan. Tapi sebaliknya, tolong serap produk-produk Indonesia yang mereka alami kesulitan dengan harga naik dari Cina," ujar Enggar.

Kemudian, Enggar juga meminta pemerintah AS menghapuskan kenaikan tarif bea masuk baja dan aluminium dari Indonesia. Presiden AS, Donald Trump (8/3/2018) mengenakan bea masuk 25 persen untuk impor baja dan 10 persen untuk aluminium.

Pemerintah Indonesia bisa melobi kenaikan tarif tersebut dengan melihat bahwa perusahaan Boeing AS mengaku membutuhkan komoditas tersebut.

"Kalau kita kena tarif 25 persen otomatis biaya produksi Boeing juga naik dan bisa lebih mahal dari kompetitornya," ucap Enggar.

Sementara itu, kata Enggar sudah ada komitmen bisnis secara internal antara pengusaha Indonesia dengan Boeing. Pengusaha Indonesia ada yang akan melakukan investasi untuk pengembangan bioavtur di Boeing.

"[Mempertimbangkan] kita membutuhkan sekitar 2.500 pesawat dalam 20 tahun ke depan. Kita akan prefer Boeing untuk itu [pengembangan bioavtur untuk pesawat]. Boeing basically mau dan bisa menerima itu dan akan diskusikan internal," ujar Enggar.

Dalam kunjungan ke AS itu, Mendag juga sempat bertemu dengan Wakil Menteri Pertanian AS. Dalam pertemuan tersebut, Enggar menyampaikan bahwa tidak ada non-tarrif barrier bagi produk agriculture AS.

"Karena memang putusan WTO [World Trade Organization] haruskan kita merubah itu. Jadi, silahkan saja impor [ke Indonesia] dan sekarang kita tinggal mengatur sumber impornya dari mana. Masalahnya di harga karena saat ini pada posisi oversupply mereka. Harga pasti turun. Pengusaha Indonesia absorb sebanyak-banyaknya," terangnya.

Lalu, ia menyampaikan terkait perundingan GSP dan pertemuannya dengan Robert Lightizer selaku United States Trade Representative (USTR) telah cukup meluruskan keberatan yang sebelumnya disampaikan oleh AS.
"Karena seluruh list keberatan/ concern mereka sudah diselesaikan juga oleh tim teknis/ tim negosiasi dari Kementerian/Lembaga. Lightizer katakan dia sangat happy dan segera akan dilaporkan ke Presiden Trump," ujar Enggar.

Senin pagi, lanjut Enggar, Lightizer menyampaikan bahwa dirinya dipanggil Trump untuk mengumumkan pertumbuhan ekonomi AS saat ini mencapai 4,1 persen.

"Saya katakan itu berita bagus tapi ada kabar tidak kalah bagus, yakni peningkatan perdagangan dengan Indonesia. Jadi terkait GSP facility saya bilang, 'I need your support'," kata Enggar.

Saat ini, pemerintah Indonesia masih menunggu hasil keputusan Presiden Trump atas hasil pertemuan para pengusaha dan pejabat AS dengan pengusaha dan pejabat Pemerintah Indonesia, pada 23–27 Juli 2018.

"Jadi sekarang kita tunggu saja karena itu sepenuhnya di tangan mereka. Bargain kita, kita lakukan langkah-langkah konkret, kita jelaskan semua concern-concern mereka, karena kita mitra strategis AS dan itu based on trust," pungkas Enggar.

Baca juga artikel terkait EKSPOR IMPOR atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Maya Saputri