tirto.id - Pemberlakuan bea impor produk Cina sebesar 25 persen oleh Amerika Serikat diyakini dapat memangkas ekspor negara Tiongkok.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, bila tarif itu benar diberlakukan, maka pemerintah Indonesia perlu mewaspadai membanjirnya impor produk Cina di Indonesia.
Menurut Faisal, Indonesia diyakini merupakan negara potensial yang dapat menjadi sasaran ekspor produk Cina yang dapat menggantikan Amerika Serikat. Hal ini menurutnya, didukung dengan posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki pasar cukup besar bagi negara tirai bambu itu.
“Cina punya kedekatan hubungan perdagangan dengan Indonesia. Indonesia pasar terbesarnya Cina di bawah Amerika. Potensi Cina divert barangnya ke Indonesia sangat mungkin,” ucap Faisal saat dihubungi reporter Tirto pada Kamis (9/5/2019).
Faisal menuturkan, pada tahap ini pemerintah perlu berhati-hati lantaran dibanding negara lainnya, Indonesia juga masuk kategori mudah untuk menerima penetrasi barang impor dari Cina.
Faisal mencontohkan negara seperti India yang hambatan perdagangannya cukup tinggi seperti memiliki tarif impor yang tak sedikit. Berbeda dengan Indonesia, ujar Faisal, hambatan perdagangan ke Indonesia masih relatif lebih mudah dari India.
Belum lagi, dari segi geografis, Faisal mengatakan, Indonesia juga menjadi negara yang diminati lantaran cukup dekat untuk dijangkau oleh Cina.
Sama halnya seperti Amerika yang mungkin akan lebih suka menyasar Meksiko dan Kanada untuk menjalin hubungan perdagangan pengganti dengan Cina.
“Cina akan mencari alternatif tujuan ekspor yang paling besar dan dikit hambatan dagangnya sekaligus paling dekat,” ucap Faisal.
“Yang masuk kriteria itu adalah Indonesia,” tambahnya.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dhita Koesno