Menuju konten utama

Pemerintah Diminta Buka Keran Impor Atasi Kenaikan Harga Gula

Khudori mengatakan pemerintah perlu melakukan impor terukur untuk mengatasi kenaikan harga gula konsumsi.

Pemerintah Diminta Buka Keran Impor Atasi Kenaikan Harga Gula
Pekerja melakukan bongkar muat gula kristal putih impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (1/4/2023).ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.

tirto.id - Pengamat pangan dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, pemerintah perlu melakukan impor terukur untuk mengatasi kenaikan harga gula konsumsi. Pemerintah juga perlu menginstruksikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk segera mengucurkan gula ke pasaran.

"Langkah yang bisa dilakukan pemerintah adalah memastikan gula produksi perusahaan gula BUMN segera masuk ke pasar. Pada saat yang sama bisa dilakukan impor gula konsumsi secara terukur," ucap Khudori saat dihubungi Tirto, Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Menurut Khudori, langkah ini juga perlu dibarengi dengan mendorong 16 perusahaan yang mendapatkan kuota impor gula mentah untuk diolah jadi gula konsumsi segera merealisasikan impor.

Khudori menyebut per 5 Oktober 2023, realisasi impor 16 perusahaan ini baru 249.781 ton atau 24,69 persen dari 1,01 juta ton total kuota impor yang sudah mendapatkan persetujuan impor (PI).

"Ini amat rendah. Ke depan, pemerintah bisa mengevaluasi 16 perusahaan ini tatkala memberikan izin kuota impor sebagai bagian mekanisme reward and punishment," ujar Khudori.

Di sisi lain kata Khudori, musim giling tebu di sejumlah pabrik gula sudah selesai. Dia mengatakan, hanya ada 1 atau 2 pabrik gula yang masih menggiling.

Musim giling menurut Khudori, lebih cepat berakhir dibandingkan tahun lalu. Produksi gula tahun ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Efek El Nino juga menjadi andil penyebab mahalnya harga gula saat ini.

"Ini efek dari El Nino dan mahalnya harga pupuk membuat produktivitas menurun. Produksi diperkirakan hanya sekitar 2,2 juta ton," kata Khudori.

Ketika produksi gula menurun, menuju akhir tahun hingga awal tahun depan, kebutuhan konsumsi diperkirakan meningkat. Sebab, dalam beberapa bulan ke depan hari keagamaan seperti Natal akan tiba, yang disusul pemilu pada 14 Februari 2024 mendatang.

"Kebutuhan konsumsi diperkirakan meningkat, baik karena Natal dan Tahun Baru 2024 maupun event Pemilu pada 14 Februari yang akan diikuti banyak event outdoor dan kampanye caleg serta parpol. Caleg dan parpol juga akan banyak bagi-bagi sembako," ujar Khudori.

Kenaikan konsumsi atau permintaan disebabkan oleh hari keagamaan lainnya seperti Ramadan pada Maret dan libur Idulfitri pada April 2024 mendatang, juga dinilai akan memicu kenaikan harga gula.

Untuk diketahui, harga gula terus konsisten mengalami peningkatan sampai hari ini. Rerata harganya mencapai Rp15.540 per kg dari yang sebelumnya menyentuh Rp15.520 per kg. Ini terlihat dalam panel harga pangan yang dilansir dari laman Badan Pangan Nasional (Bapanas), Selasa (17/10/2023).

Baca juga artikel terkait GULA IMPOR atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang