Menuju konten utama

Pemerintah Antisipasi Bibit Siklon Baru di Samudera Hindia

Pemerintah mulai mengantisipasi kemungkinan munculnya badai baru dari Samudera Hindia setelah badai Cempaka mulai mereda.

Pemerintah Antisipasi Bibit Siklon Baru di Samudera Hindia
Petugas Kepolisian mengevakuasi korban banjir di Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (29/11/2017). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengutip data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, badai Cempaka mulai mereda. Namun pemerintah kini mulai mengantisipasi munculnya badai baru yang kemungkinan datang dari Samudera Hindia.

Usai mengikuti Rapat Koordinasi Penanggulangan Banjir-Longsor dan Erupsi Gunung Agung di Jakarta, Rabu (29/11/2017), Kepala BNPBWillem Rampangile menyampaikan bibit siklon baru itu mulai muncul namun belum diketahui namanya.

"Dalam rapat koordinasi dibicarakan antisipasi dampak siklon berikutnya yang diprakirakan bisa muncul dari sisi Samudera Hindia. Namanya belum tahu karena menurut BMKG baru bibit-bibit siklonnya yang muncul," kata Willem Rampangile.

Willem mengatakan informasi ini sekaligus menjadi "early warning system" bagi pemerintah maupun masyarakat, sehingga antisipasi terjadinya bencana banjir atau longsor dapat dilakukan lebih awal untuk menghindari korban.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono Rahadi Prabowo, Selasa kemarin, menyampaikan, bibit siklon baru 96S itu muncul di Samudera Hindia sebelah Barat Daya Bengkulu. Bibit ini berpotensi menjadi siklon tropis.

Ia juga menyampaikan, saat ini pusat peringatan dini siklon tropis Jakarta terus memantau bibit siklon 96S untuk melihat kemungkinannya bergabung dengan siklon tropis Cempaka di pesisir selatan Pulau Jawa. Kemungkinannya, bibit itu tumbuh menjadi siklon tropis sendiri.

"Ini berpotensi menjadi siklon tropis karena sampai sekarang masih terjadi. Ada kemungkinan bergerak ke arah timur," kata Mulyono.

Dia menjelaskan, pembentukan bibit menjadi siklon tropis tergantung kepada faktor terbentuknya seperti sistem tekanan udara dan kecepatan angin. "Ini yang perlu kita monitor terus apakah ada potensi menjadi siklon tropis. Tergantung dari gangguan apakah vorteks menjadi pusaran, seberapa cepat angin dan sistem tekanan rendahnya," jelas Mulyono.

Mulyono menyampaikan, pembentukan siklon tropis itu sangat cepat. Contohnya seperti pembentukan siklon tropis Cempaka.

Pertama kali bibit siklon itu diketahui berada sekitar 9,6 Lintang Selatan, 109,4 Bujur Timur atau sekitar 240 km sebelah selatan barat daya Cilacap pada Minggu (26/11). Bibit ini kemudian berubah menjadi siklon tropis Cempaka pada Senin (27/11) pukul 19.00 WIB.

Dampak dari siklon ini berupa hujan dengan intensitas sedang, lebat bahkan sangat lebat disertai kilat dan petir serta angin kencang di sejumlah wilayah di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal inilah yang mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah di Yogyakarta dan Pacitan Jawa Timur.

Baca juga artikel terkait BADAI CEMPAKA atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH