tirto.id - Pekerja federal yang telah dibebas-tugaskan selama 3 minggu oleh parlemen, berdemonstrasi di Gedung Putih untuk mendapatkan pekerjaan mereka kembali.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengambil keputusan untuk menutup 9 departemen federal dan beberapa lembaga sejak 22 Desember 2018.
Tidak hanya pekerja federal yang ‘cuti’, namun juga para pendukungnya terjun untuk meminta pekerjaan mereka kembali. Demikian yang dilansir The Washington Post.
Para demsontran menginginkan pekerjaan mereka kembali, karena tanpa bekerja mereka tidak mendapatkan gaji untuk menghidupi diri mereka dan keluarga mereka.
“Saya ingin para politisi ini mendapatkan pekerjaan mereka kembali dan mengerjakan sesuatu yang berguna. Mereka hanya perlu menyelesaikan masalah ini dan berhenti menjadikan pekerja federal sebagai alat tawar menawar,” kata Anand Desai, auditor dari pendapatan layanan internal di Prince Willian County, Vancouver yang juga terjun ke Gedung Putih.
Para demonstran menginginkan Presiden Trump melihat siapa yang paling terkena dampak dengan ditutupnya lembaga di parlemen pemerintahan tersebut.
Jumat ini para pekerja federal yang ‘cuti’ tersebut akan melewatkan 1 kali hari gajian yang artinya melewatkan tagihan rumah tangga mereka.
Mahasin Mohamed, seorang demonstran yang juga staf keamanan membawa spanduk bertuliskan, “Trump, bayar tagihan kami atau kembalikan pekerjaan kami," demikian dilansir dari USA Today.
Sayangnya, Trump sedang tidak hadir di Gedung Putih karena mengunjungi perbatasan Amerika-Mexico di Texas.
Keputusan Donald Trump untuk menonaktifkan beberapa bagian dalam parlemennya lantaran beberapa fraksi dari Partai Demokrat menolak sepakat dan memberikan dana sebesar 5,7 juta dolar AS untuk pembangunan tembok pembatas antara Amerika dan Mexico.
Terkait hal ini, Trump mengatakan, “Pegawai yang tidak mendapatkan gaji adalah orang-orang Demokrat”, partai federal, menurutnya mendukung idenya membangun tembok pembatas tersebut. Terlebih lagi, dia menambahkan akan menonaktifkan sebagian parlemen tersebut hingga 1-2 tahun jika perlu sampai Demokrat menyerah," demikian yang dilansir USA Today.
Trump bersikeras terhadap keputusannya tersebut seperti halnya ia bersikeras terhadap pembangunan tembok pembatas antara Amerika dan Mexico.
Tidak hanya pihak Demokrat, pihak Federal juga ikut merasakan imbas dari penonaktifan sebagian parlemen ini.
Tindakan Trump ini tidak hanya menyebabkan kegaduhan politik namun juga sebagai warga Amerika yang perlu bertahan hidup, pegawai-pegawai tersebut menerima kerugian yang menyesakkan.
“Presiden bersikap angkuh terhadap para pegawai parlemen karena beliau tidak tahu rasanya hidup bergantung pada gaji bulanan.” Kata Steve Lenkart, juru bicara di Federasi Nasional Pegawai Federal.
Editor: Yandri Daniel Damaledo