Menuju konten utama

Pedagang Pasar Perumnas Klender Merugi Akibat Aturan Ganjil Genap

Pedagang khawatir pemberlakuan sistem ganjil genap di pasar tradisional bisa menyebabkan dagangan mereka busuk.

Pedagang Pasar Perumnas Klender Merugi Akibat Aturan Ganjil Genap
Petugas pengelola pasar berkampanye pencegahan COVID-19 dengan membawa poster berisi pesan di Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (11/6/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz.

tirto.id - Pedagang sayur Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, memprotes pemberlakuan sistem ganjil genap operasional kios pasar. Protes ini langsung disampaikan kepada Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin saat meninjau pemberlakuan sistem ganjil genap yang dimulai hari ini, Senin (15/6/2020).

Sistem ganjil genap ini disesuaikan antara nomor kios pedagang dengan tanggal, kios dengan nomor ganjil buka pada tanggal ganjil dan kios pada tanggal genap dibuka pada tanggal genap.

Sementara lapak pedagang yang tidak memiliki kios diberikan jarak masing-masing satu meter agar tidak berimpitan.

Di hadapan Arief, para pedagang khawatir pemberlakuan sistem ganjil genap di pasar tradisional bisa menyebabkan dagangan mereka busuk.

"Kalau sistemnya ganjil-genap, seperti tomat, daun bawang dan sayur-sayuran lainnya otomatis busuk Pak, tidak ada yang mau beli," kata seorang pedagang sayur Sri Pujiati dikutip dari Antara.

Menurut Sri pembatasan operasional pedagang membuat separuh dari total 1.000 lebih pedagang hanya diperbolehkan tiga kali berdagang dalam sepekan. Padahal dagangan sayur-mayur harus terjual pada hari yang sama agar tetap segar saat dikonsumsi pembeli.

Pedagang lainnya, Ismah (49) menginginkan operasional pedagang tetap diberlakukan secara normal setiap hari. Ia menjamin dirinya selalu patuh dengan protokol kesehatan selama berjualan di pasar.

"Enggak apa-apa, saya juga patuh kok sama protokol kesehatan, pakai masker, face shield, cuci tangan," katanya.

Di Pasar Perumnas Klender berdasarkan data per Kamis (11/6/2020) ditemukan 20 orang yang dinyatakan positif COVID-19. Hasil ini diketahui setelah mereka menjalani rapid test dan swab yang diselenggarakan PD Pasar Jaya.

Namun hasil ini dipertanyakan pedagang lainnya dan mengeluh membuat penghasilan mereka menurun.

"Sebab yang saya tahu, 18 pedagang itu negatif COVID-19. Mereka hanya reaktif saja. Gara-gara kabar itu pembeli jadi sepi pak," katanya.

Menanggapi pernyataan itu Arief memahami keluhan para pedagang. Ia meminta pedagang juga memahami aturan ini demi menghentikan penyebaran virus corona COVID-19. Perumda Pasar Jaya, kata Arief sengaja memilih aturan ganjil genap ini agar pasar tradisional tidak harus ditutup.

Ia menegaskan seluruh pedagang harus patuh pada pemberlakuan ganjil genap di pasar tradisional, termasuk wajib menerapkan protokol kesehatan selama berjualan.

"Mungkin di awal-awal akan kurang nyaman, tapi kebijakan ini untuk menjaga kita semuanya. Jadi arahan yang paling tepat, action yang paling tepat sehingga pasar tradisional tidak perlu ditutup," kata Arief.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Bayu Septianto