tirto.id - Ketua DPP PDIP Andreas Pareira menyatakan masih terlalu dini untuk menilai figur yang pas mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti.
Hal ini diungkapkan Andreas guna menanggapi hasil survei Indikator Politik yang menyimpulkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sebagai dua sosok yang paling cocok mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 nanti.
"Masih terlalu jauh untuk bilang siapa yang pas, apalagi figur-figur ini adalah ada di lingkar kerja Pak Jokowi," kata Andreas saat dihubungi Tirto, Kamis (12/10/2017).
Andreas juga meminta publik untuk tidak memusingkan sosok yang akan mendampingi Jokowi sebagai cawapres di 2019 agar suasana kerja kabinet kondusif.
"Karena akan menimbulkan ada Wapres bayangan. Yang bisa jadi mengangkat, tapi juga bisa menjatuhkan kinerja figur yang bersangkutan," kata Andreas.
Sebagai catatan, dalam simulasi 16 nama yang diajukan oleh Indikator Politik, mantan Basuki mendapat angka 16 persen. Sementara Gatot Nurmantyo menguntit di bawahnya dengan perolehan suara 10 persen.
Lalu, Ridwan Kamil, Sri Mulyani, dan Tri Rismaharini yang ada di posisi tiga, empat dan lima berturut-turut memperoleh suara 8, 7 dan 5 persen.
Baca: Fadli Zon Klaim Rakyat Indonesia Ingin Punya Presiden Baru
Pada simulasi 8 nama, pun posisi tetap tidak berubah. Basuki tetap berada di peringkat teratas dengan perolehan suara 17 persen. Sementara Gatot ada di peringkat ke-2 dengan angka 14 persen. Di bawahnya ada Ridwan Kamil dengan 11 persen suara.
Namun, ketika dikerucutkan menjadi tiga kandidat saja dengan tidak menyertakan Basuki, posisi Gatot merangsek ke posisi pertama dengan perolehan suara 25 persen. Di peringkat dua ada Sri Mulyani dengan 24 persen suara, lalu Tito Karnavian dengan 12 persen suara.
Meski begitu, dalam survei tersebut peringkat Gatot masih berada di bawah responden yang tidak menjawab, sebesar 39 persen.
Menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanudin Muhtadi, hasil tersebut mengindikasikan hubungan antara Jokowi dan Gatot baik-baik saja.
"Survei ini valid sampai tanggal 24 September. Kami tidak bisa memprediksi efek setelah itu. Jangan-jangan efeknya lebih besar, terutama karena puncak popularitas Gatot waktu G30S/PKI (30 September)," kata Burhanuddin di Jakarta, Rabu (11/10).
Adapun survei ini menggunakan multistage random sampling dengan 1220 responden di seluruh wilayah Indonesia. Margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Alexander Haryanto