tirto.id -
Kepala Badan Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization/FAO) Graziano da Silva mengatakan bahwa negara yang berada dalam konflik sangat rentan terhadap kondisi rawan pangan.
“Orang yang tinggal di negara yang terpengaruh konflik, tiga kali lebih mungkin untuk kelaparan dibandingkan dengan mereka yang tinggal di negara berkembang.” kata da Silva kepada Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan tertutup "formula-Arria", Selasa, (29/3/2016).
Graziano mengatakan ada banyak contoh negara yang saat ini kekurangan pangan berkaitan dengan konflik, termasuk di Suriah, Yaman, Sudan Selatan dan Somalia.
Sebagai contoh, di dalam kasus konflik di Suriah pun terdapat banyak kamp pengungsian bagi warga Suriah yang tidak memiliki akses untuk bantuan makanan dan medis akibat konflik.
Hal ini misalnya terjadi di kota Deir al-Zor Suriah yang dikepung oleh kelompok militan sehingga PBB hrus menyalurkan bantuan dengan cara menjatuhkannya dari udara.
Penjabat Wakil FAO di Sudan Selatan Serge Tissot mengatakan bahwa penerapan kesepakatan perdamaian yang layak sangat penting dalam peningkatan kondisi pangan.
"Kami tahu berbagai tindakan untuk meningkatkan keamanan pangan dapat membantu mencegah krisis, meringankan dampaknya dan mendorong penyembuhan dan pemulihan pasca-krisis," kata da Silva, seperti dikutip Antara, Kamis pagi, (31/3/2016).
(ANT)