tirto.id - Kerusuhan paling mematikan selama dua dasawarsa yang terjadi di penjara Brazil hingga menewaskan 56 tahanan mendapat perhatian dari Paus Francis. Pada Rabu (4/1/2017) waktu setempat, Paus mengimbau agar tahanan di seluruh dunia diperlakukan secara manusiawi.
"Saya mengungkapkan rasa sakit dan kekhawatiran atas apa yang terjadi," kata Paus Francis dalam layanan publiknya mingguannya di Vatikan sebagaimana diberitakan Antara.
"Saya berdoa bagi mereka yang telah meninggal dan keluarga mereka dan untuk semua tahanan di penjara itu dan orang-orang yang bekerja di sana. Saya memperbaharui seruan saya bahwa penjara harus menjadi tempat pendidikan ulang dan re-integrasi ke masyarakat, dan kondisi untuk tahanan harus layak untuk manusia," katanya.
Paus kelahiran Argentina itu sering mengunjungi penjara dalam perjalanan luar negerinya dan baru-baru ini mengadakan misa untuk sekitar 1.000 narapidana yang diizinkan keluar secara singkat dari penjara untuk menghadiri misa di Basilika Santo Petrus.
Bentrokan pada Minggu (1/1/2017) tersebut terjadi antargeng narkoba di sebuah penjara di Kota Manaus. Beberapa tahanan dipenggal dan tubuh mereka dilemparkan dari dinding penjara, yang menampung lebih dari tiga kali kapasitasnya.
Kekacauan, yang muncul pada awal pekan dan berlangsung selama 17 jam sepanjang malam, merupakan akibat dari percekcokan di Kompleks Lembaga Pemasyarakatan Umum Anisio Jobim antara kelompok penjahat Primeiro Comando da Capital (PCC) dan Familia de Norte.
PCC adalah kelompok pengedar narkoba yang berpusat di Sao Paulo dan telah melebarkan sayapnya ke negara-negara bagian lainnya. Menurut pernyataan lembaga keamanan masyarakat, 56 orang yang tewas itu tampaknya adalah para anggota PCC.
Akibat peristiwa itu, sebanyak 184 narapidana dipastikan kabur dari penjara sementara sekitar 40 lainnya berhasil ditangkap kembali dalam suatu operasi, demikian menurut sekretariat pemasyarakatan umum Negara Bagian Amazonas.
Selama kerusuhan berlangsung, 12 petugas pengawasan penjara disandera namun kemudian seluruhnya dibebaskan tanpa terluka, menurut Epitacio Almeida, perwakilan Komisi Hak-hak Asasi Manusia setempat.
Luis Carlos Valois, hakim di Amazonas yang berunding dengan para narapidana untuk mengakhiri kerusuhan, mengatakan kepada koran O Globo bahwa banyak di antara yang tewas tersebut dibunuh pada Minggu.
Tak lama setelah keributan muncul di satu unit, puluhan narapidana di unit kedua mulai ramai-ramai melarikan diri dari penjara. Pihak berwenang mengatakan situasi itu merupakan hasil dari upaya yang sudah diatur untuk mengacaukan perhatian para sipir.
Penjara-penjara Brazil dikenal terlalu padat penghuni, yang menyebabkan beberapa kasus kerusuhan maut terjadi pada masa lalu. “Penjara Anisio Jobim memiliki kapasitas untuk menampung 592 orang namun ternyata ada 1.224 narapidana di dalamnya,” kata Fontes.
Atas kejadian tersebut, Pemerintah Amazonas telah memutuskan untuk memindahkan sekitar 130 narapidana untuk melindungi mereka.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari