tirto.id - Johnson & Johnson menyetop sementara uji klinis vaksin COVID-19 setelah salah satu peserta uji coba vaksin mereka jatuh sakit tanpa sebab yang jelas, pada Senin (12/10/2020) waktu setempat.
Penyakit yang diderita relawan tersebut saat ini tengah ditinjau dan dievaluasi oleh tim independen dan tim dokter dan keselamatan perusahaan, demikian dikatakan J&J dalam sebuah pernyataan.
Melansir France24, J&J mengatakan pada Selasa jeda atau penghentian sementara adalah hal yang wajar dalam uji klinis berskala besar yang melibatkan 10 ribuan peserta. Penghentian sementara pemberian dosis vaksin dalam penelitian ini berbeda dengan penangguhan dari otoritas kesehatan. Saat ini yang tengah dihadapi J&J adalah jeda uji klinis.
J&J menolak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai penyakit yang diderita relawannya dengan alasan privasi. J&J menambahkan, beberapa peserta uji coba vaksin mengalami efek placebo sehingga menjadi tidak jelas sakit serius yang mereka derita apakah akibat efek placebo atau karena pemberian uji coba vaksin.
Kendati demikian, J&J mengikuti langkah AstraZeneca Plc. yang pada September 2020 mengalami kendala serupa, sehingga terpaksa menghentikan sementara tahapan uji klinis vaksin COVDI-19 yang tengah dilakukan. AstraZeneca mengembangkan vaksin tersebut bersama Universitas Oxford, Inggris.
Uji coba di Inggris, Brasil, Afrika Selatan dan India tetap dilanjutkan, sementara uji coba di Amerika Serikat harus ditangguhkan untuk menunggu hasil tinjauan dari otoritas setempat.
Pada September, J&J melaporkan eksperimen vaksin mereka menghasilkan imunitas yang kuat dalam respons melawan virus corona baru pada uji coba tahap awal dan menengah. Setelahnya, perusahaan asal Amerika itu memulai uji coba tahap akhir terhadap 60 ribu orang yang hasilnya diharapkan selesai pada akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.
Editor: Restu Diantina Putri