Menuju konten utama

Pascaperistiwa Sabuga, Masyarakat Diminta Tetap Tahan Diri

Terjadi peristiwa pembubaran acara kebaktian di Gedung Sabuga Bandung, Selasa (6/12/2016). Karenanya, masyarakat diminta untuk tetap menjaga keberagaman antarumat beragama.

Pascaperistiwa Sabuga, Masyarakat Diminta Tetap Tahan Diri
Ilustrasi. Sejumlah warga perwakilan dari berbagai agama dan kepercayaan mengikuti Kirab Merah Putih Nusantara di Komplek Candi Dwarawati. ANTARA FOTO/Anis Efizudin.

tirto.id - Masyarakat diminta untuk tetap menahan diri dan menjaga toleransi antarumat beragama. Hal itu dilakukan agar kejadian pembubaran acara kebaktian di Gedung Sabuga tidak terjadi lagi.

“Pembubaran Acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang digelar di Gedung Sabuga, Jalan Tamansari Kota Bandung, dengan menghadirkan Pendeta Stephen Tong seharusnya tidak perlu terjadi,” ujar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra, Rabu (7/12/2016).

Azyumardi mengatakan para pemeluk agama harus mempunyai rasa tenggang rasa dan jangan terlalu bersemangat dalam menampilkan agama mereka masing-masing.

"Saya melihat sering kali ada tensi ketegangan, konflik antarumat beragama, karena kurangnya sensitivitas kedua belah pihak. Harus sama-sama sensitif, tenggang rasa, dan menahan diri. Kejadian di Sabuga dikhawatirkan akan menjadi pemberitaan yang merusak citra Indonesia di mata internasional," ujar dia sebagaimana dilansir dari Antara.

Ia mengatakan setiap orang beragama harus yakin pada agamanya masing masing tapi tidak harus diungkapkan secara mencolok.

"Besar-besaran kemudian mengundang reaksi, kalau mau mengimbau kita masing-masing harus bersikap sensitiflah, timbal balik, baik yang menyelenggarakan acara agamanya maupun lingkungan masyarakatnya harus sama-sama menjaga. Kalau tidak sensitif akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan," ujar dia.

Seperti yang diwartakan sebelumnya, acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang digelar di Gedung Sabuga, Jln. Tamansari Kota Bandung, dengan menghadirkan Pendeta Stephen Tong terpaksa berakhir dini, Selasa (6/12/2016) malam waktu setempat karena diinterupsi oleh massa.

Kelompok yang menamakan dirinya Pembela Ahlus Sunnah (PAS) itu memaksa panitia mengakhiri acara dengan alasan kegiatan kebaktian harus digelar di gereja, bukan gedung umum.

Baca juga artikel terkait PEMBUBARAN KEBAKTIAN SABUGA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari