tirto.id - Joko Widodo sudah resmi menetapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai calon wakil presiden yang akan mendampinginya di Pilpres 2019. Para partai koalisi pendukung pun sudah menandatangani pernyataan dukungan resmi.
Dengan begitu, mereka menutup pintu apabila ada partai lain yang ingin bergabung untuk berkoalisi mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Hal tersebut disampaikan beberapa Ketua Umum partai koalisi Indonesia Kerja.
Ketua Umum PPP, Romahurmuziy mengatakan, pihaknya sudah memberikan kesempatan kepada beberapa partai di luar pemerintah, salah satunya Partai Demokrat. Namun, partai tersebut masih bimbang.
Pria yang kerap disapa Romy ini mengatakan, para ketua umum partai sempat bertemu terlebih dahulu. Namun, dari pertemuan tersebut, diketahui Demokrat masih belum mengambil keputusan.
"Kita belum mendapatkan sinyal sama sekali dari Demokrat tentang akan bergabung. Ada komunikasi terakhir sekitar pukul 14.00," tegasnya hari Kamis (9/8/2018).
Romy mengatakan, rapat tersebut akhirnya selesai dengan keputusan bahwa Partai Demokrat tidak akan berada dalam partai pendukung Joko Widodo. Menurut Romy, waktunya sudah sangat mepet.
"Ini injury time. Malam terakhir sebelum pendaftaran. Maka tidak ada konfirmasi lagi setelah jam 14.00, maka kita putuskan," ujarnya lagi.
Romy mengatakan, secara teoretis, Demokrat bisa diterima sebagai partai pendukung, tapi bukan pengusung. Dengan demikian, kata Romy, Demokrat tidak mendapat kesempatan untuk mengajukan nama capres atau cawapres pada Pilpres 2024-2028 apabila Jokowi-Ma'ruf memenangkan Pilpres 2019.
Terkait dengan penolakan terhadap Demokrat ini juga disampaikan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo. Ia menegaskan, semuanya sudah tertutup. Sebelumnya, Wasekjen Demokrat Andi Arief mengatakan akan mendukung Ma'ruf Amin.
"Saya rasa tidak ada kesempatan lagi. Semua tadi sudah tanda tangan. Tingkat partai koalisi semua sudah tanda tangan dan sudah tertutup," tegas Hary.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto